Sunday, December 23, 2007

Backlink oh Backlink

Iseng-iseng berkunjung ke backlinkwatch buat ngecek berapa jumlah backlink yang mengarah kepada blog ini. Result page menunjukkan ada 53 backlink yang tercatat. Namun sayangnya, aku tidak menemukan detail dari mana sajakah backlink tersebut berasal. Yang tertulis di sana adalah

Table 'details' is marked as crashed and should be repaired
Sebelumnya memang aku tidak pernah mencoba ke situs ini. Paling banter ngecek via Google liwat link:daniy.blogspot.com. Hasilnya lebih buruk alias nol besar
Your search - link:daniy.blogspot.com - did not match any documents.

Suggestions:
* Make sure all words are spelled correctly.
* Try different keywords.
* Try more general keywords.
Cuapek dehh...

Googling lagi buat cari tool yg lebih bisa memberikan harapan pake keyword "backlink checker" kemudian nemu situs yang satu ini. Hasilnya cukup 'memuaskan'lengkap dengan url yang memberikan link kepada kita. Namun loadingnya begitu lama [mungkin] karena aku pake koneksi dial up] sehingga saat mencapai result url yang ke-84, mau tak mau ku harus melanjutkan yang tersisa menekan tombol stop.

Mungkin tak cukup puas mengintip status backlink sendiri, iseng-iseng lagi, ngeliat punya orang lain. Korban adalah isnaini[dot]kom. Tapi gak liwat backlinkwatch atau webbuildpages itu. Via Google saja, soalnya dah ngerasa klo backlinknya pasti banyak bgt yang akan membuat lama loading page sekaligus juga menyedot banyak bandwidthku.

Ketik-ketik-ketik link:www.isnaini.com, ternyata memang banyak. Tercatat 3.680 biji backlink. Yang nomer satu malah dari web Perancis. Di dalam content memang tidak terdapat kata yang menyebut isnaini, tetap usut punya usut di bagian footer ada quotation Graphisme élaboré à partir de 130106. Link pada 130106 merujuk isnaini[dot]kom. Bukti kekuatan sebuah free template.



Antara 3.680 dengan 52 terbentang jarak sejauh 3.628 poin. Bukan sebuah mustahil jika rentang tersebut bisa terkikis jika konsistensi dan komitmen dapat terus dipertahankan dan diamalkan. 2 tahun bukan hal yang mustahil.
Baca selengkapnya..

Sunday, December 9, 2007

Google AdSense: Jalan Pintas Menjadi Kaya

Bukan Jogja namanya kalo nggak ada pameran komputer setiap 2 bulan sekali. Sebulan sekali malah. Bulan ini di Jogja Expo Center, besok di Mandala Bhakti Wanitatama, bulan lusa bisa berpindah di Grha Sabha Pramana. Tergantung organizer sajalah yang pandai-pandai mengatur waktu sehingga tidak bertabrakan dengan pameran sejenis di tempat lain. Fenomena ini membuat kesan pameran komputer yang “wah”, menjadi ajang pindah tempat jualan buat toko-toko komputer yang menjamur di seantero Jogja.

Bulan desember 2007 ini, APKOMINDO bikin pameran lagi di JEC dengan embel-embel cuci gudang akhir tahun. Sebenarnya agak males liat pameran komputer yang isinya pasti itu-itu juga. Lagipula kantong cekak bakalan cuma bisa ngiler ngeliat barang-barang IT yang kian lama kian bagus. Seperti masturbasi tanpa ejakulasi. Gondok.

Namun, berhubung auLia berencana untuk mengambil salah satu produk notebook, maka tak ada salahnya kali ini aku berkunjung ke pameran tersebut. Lagipula, kali ini pamerannya digandeng dengan pameran Pesona Pangan Nusantara 2007. Sekalian liat pameran makanan.

google adsense adalah jalan pintas menuju kaya


Berpusing-pusing di dalam area pameran, pandangan tertumbuk pada sebuah banner berbunyi Inilah Jalan Pintas Menjadi Kaya: Berburu Dollar Dengan Google Adsense.
Weleh... Buku apa ini? Google Adsense bisa bikin kaya? Memang. Jalan pintas? No way!
Saya lihat penulisnya, Bambang Lakso Yuwono. Siapa dia?
Klo mungkin di sana tertulis Cosa Aranda, Isnaini, Pogung, atau Roy Suryo mungkin saya bisa sedikit percaya.

Sejenak saya teringat pada perkenalan pertama saya dengan Google Adsense setahun yang lalu. Seorang kawan datang bertanya kepada saya tentang bagaimana cara mengelola sebuah seminar, terutama pada bagian anggaran. Pada waktu itu saya memang sedang berkarya di sebuah perusahaan event organizer, Kirana Kreativisia.

Dia bercerita bahwa seminar yang akan diadakannya berkaitan dengan cara menghasilkan uang dari internet. Maka berkenalanlah saya dengan Google AdSense dengan perantara kawan saya tersebut. Dia memberitahukan bagaimana memanfaatkan akun blogger yang gratis sebagai tempat untuk menaruh unit-unit iklan AdSense. Contentnya? Sebagai pemula, tentu masih copy paste [ngeles.. hee!!]

Hingga beberapa waktu saya masih melakukan teknik yang sama dengan beberapa akun blogger dengan tema yang berbeda. Hasilnya... masih $0.00. Kecewa? Ya. Sudah bersusah-susah copy paste buat generate content, kok masih nol besar?! Usut punya usut, ternyata pengunjung situs masih nol. Whuee.. Gimana mau ada yang nge-klik iklan klo pengunjung situs aja nggak ada? Lalu, bagaimana agar situs blog saya dikenal oleh pengunjung?

Lalu saya berkenalan lagi dengan makhluk bernama SEO. Ternyata apa yang telah saya lakukan sebelumnya kurang sejalan dengan prinsip search engine indexing. Search engine lebih menyukai content yang unik, dan bukan duplicate content alias copy paste. Memang banyak algoritma lain yang digunakan oleh search engine untuk menampilkan situs pada search engine result page mereka. Namun, paling tidak unique content adalah salah satu unsur yang menentukan popularitas situs di mata search engine.
Ternyata saya tidak cukup unik.

Satu tahun berlalu hingga saat ini, earning baru saja menanjak pada angka $0.61. Enampuluh satu sen masih lebih baik dari nol. Saya memang selama beberapa bulan terhenti meng-update content dan mengabaikan situs blog saya karena kesibukan pekerjaan di event organizer.

Enampuluh satu sen adalah sebuah awal dari satu juta dollar. Isnaini dan Pogung pasti pernah merasakan bahagianya mendapat earning dalam jumlah itu. Maka saya yakin bahwa Google AdSense khususnya dan Internet Marketing umumnya, adalah sebuah profesi masa depan yang menjanjikan. Pada awalnya saya menganggap bahwa pekerjaan ini dapat dikerjakan dengan waktu sampingan. Namun kenyataannya, saya tidak pernah mendapatkan waktu sampingan yang cukup selama bekerja di event organizer. Setiap jam dan hari adalah kerja. Tanggal merah dapat saja berubah menjadi hitam, namun sebaliknya tanggal hitam takkan mungkin jadi merah.

Pada akhir Mei 2007, saya memutuskan keluar dari perusahaan.

Saya berpindah ke sebuah percetakan undangan, Kamajaya Kreasindo. Di sini saya mendapatkan waktu kerja dari jam 8 pagi hingga 4 sore. Waktu selebihnya kupikir cukup luang untuk menambahkan fokus pekerjaanku pada Google AdSense.

Google AdSense, Comission Junction, Widgetbucks, dan Amazon affiliates adalah sumber-sumber penghasilan yang membutuhkan keahlian dan ketekunan yang tidak dapat diraih hanya dengan tepukan tangan, kedipan mata, ataupun teriakan kata-kata “Saya akan sukses!!”. Internet marketing adalah salah satu profesi yang berkembang di awal abad ini. Selayaknya sebuah profesi maka adanya sebuah profesionalitas adalah sebuah kemutlakan yang tak dapat dilanggar sekalipun dengan jalan pintas. Bergabung dengan program arisan klik dan sebagainya memang akan menggembungkan pundi-pundi earning dalam waktu singkat. Namun usia kita dalam dunia Internet marketing dan online earning juga akan kandas dalam waktu singkat.

Apakah anda juga berpikir bahwa Google AdSense adalah jalan pintas menjadi kaya?
Baca selengkapnya..

Sunday, December 2, 2007

Minggu pagi seorang penyimpan sampah

Hari ini alhamdulillah bisa bangun pagi, trus melarikan diri keliling kompleks pelacuran Pogung Lor. Mulanya pengen jogging pake rute kos trus ke utara sampai hotel Sewu Padi [ralat: hotel Sewu Mas, terletak di sebelah selatan Ring Road Utara], belok ke barat sampai Monjali berbelok lagi ke selatan hingga Gemawang. Dari Gemawang ke timur melintasi jembatan selokan hingga workshop batik Afif Syakur dan Insya Allah tiba dengan selamat di depan pagar kos pak Dukuh.

Namun, tak disangka dan tak dinyana, si perut mulai berontak tidak lama setelah aku memulai langkah pertama. Weleh, ternyata aku lupa upload isi perut ke toilet sebelum berangkat jogging. Padahal memang waktunya dibuang, apalagi sebelumnya aku dah menghabiskan 2 gelas air putih. Huh..

Alhasil aku harus kembali ke kos walaupun baru berlari 5 menit. Untunglah belum terlalu jauh dari kos sehingga aku tidak terlalu tersiksa dengan perasaan yang tidak menentu ini.

Mau lari lagi abis b***r? Males banget. Badan dah mulai dingin pasti tambah lemes klo diajak lari lagi. Kuputar film "Bobby" di harddisk yang beberapa hari yang lalu sudah ngendon tapi gak sempat ketonton. Di akhir film aku tertidur dengan sukses lalu terbangun pukul 10 pagi.

Mandi. Lapar. Makan. Nyuci baju. Menjemur. Sambil menunggu jemuran kusempatkan bersih-bersih kamar yang Naudzubillah kotornya. [Hyperbola, padahal cuma kotor biasa]. Copotin semua kabel komputer, bawa keluar, dilap dengan penuh perhatian dan kasih sayang. lalu dilanjut dengan menyapu dan mengepel lantai kamar.

Hey, lihat! Ada sarang laba-laba yang menggantung di atas plafonmu! Kuambil sapu dan kuayunkan.. Wuuss.. wuss.. bablas sawange. Dalam waktu sekejap telah berhasil kukumpulkan bergram-gram debu dengan sapuku. Beberapa miligram debu tersebut mampir ke hidungku dan Haatsyiii...

Lalu hujan datang. Weladalah..!! Jemuran! Kasur!

Alhamdulillah semuanya selamat, dan pekerjaan pembersihan berhasil dalam waktu 2 jam. Pfiuhh.. Lega.

Selama pembersihan tadi aku juga membuang beberapa benda yang tidak perlu seperti bukti penarikan ATM, kuitansi, kertas coretan, dan beberapa hal lain yang ternyata aku tidak pernah menyentuhnya lagi semenjak kali pertama aku menyimpannya.
Ternyata selama ini aku menyimpan sampah.

Aku berpikir lagi, apa lagi sampah yang biasa kusimpan?

Pandangan tertuju pada tas CD yang teronggok di bagian atas rak buku. Aku ingat, aku kerap mengoleksi mp3 di dalam harddisk. Ketika kapasitasnya sudah melebihi dari yang aku perlukan, maka kubakar semuanya ke dalam CD. lalu kusimpan ke dalam CD bag. Yang kuingat aku tidak pernah lagi menyentuh CD tersebut apalagi menyetelnya di komputer. Kupikir-pikir ini barang juga bisa termasuk sampah. Tidak berguna sebab tidak terpakai.

Tapi aku sayang untuk membuangnya. Lebih baik tetap kusimpan saja.
Sebab aku bisa berbangga suatu waktu. Ketika ada yang berkata, "Aku lagi nyari albumnya Anggun yang versi Perancis".

Maka dengan bangga aku kan berkata,"Aku punya.."

Baca selengkapnya..

Friday, November 16, 2007

Sudahkah Anda Menonton Get Married?

"Anak kalian nggak bisa kawin soalnya ada 3 jin laki-laki yang ngganduli"
Potongan dialog ini menyambut kami berdua saat menjejakkan kaki sambil meraba-raba nomor tempat duduk seperti yang tertera pada tiket. Kami terlambat sekitar sepuluh menit sehingga film sudah sampai pada bagian yang membuat penonton tertawa terpingkal-pingkal.
Namun kemudian tidak begitu sulit bagi kami untuk mengikuti jalannya cerita karena sebelumnya sudah dibekali resensi dari televisi yang mengulas tentang salah satu film nasional yang baru saja dirilis: Get Married!

Cerita bermula dari seorang gadis bernama Mae [nama asli Maemun diperankan oleh Nirina Zubair] yang sudah ngebet kawin, tapi belum juga dapat laki-laki yang sesuai. Lebih-lebih lagi kedua orangtuanya [Jaja Miharja dan Meriam Bellina], denga getol mengusahakan jodoh buat Mae mulai dari tukang ojek hingga binaragawan super kekar. Namun semuanya tidak ada yang sesuai dengan kriteria dan keinginan Mae.

Mae bersahabat dengan tiga orang lelaki [Desta Club80's, Ringgo Agus Rahman, dan Aming Sugandhi] semenjak kecil, yang mana selalu membantu Mae 'menyingkirkan' setiap laki-laki yang tidak disukainya sebagai calon suami. Caranya, Mae akan berlari ke lantai dua dan mengibarkan kain merah manakala ia tidak suka dengan laki-laki yang sedang ngapel ke rumahnya. Sebaliknya, ia akan mengibarkan kain warna hijau jika ia telah merasa menemukan pria yang tepat sebagi calon suami.

Cerita berkembang manakala seorang pria tampan dan superkaya [wah.. lupa namanya!] datang ke rumah Mae. Kabar baiknya mereka berdua, Mae dan sang pria tampan, ternyata sama-sama suka. Maka, Mae pun berlari ke lantai dua dan mengibarkan kain hijau ke arah Aming yang sedari tadi sudah berjongkok menunggu di bawah. Malang ternyata Aming adalah penderita buta warna. Alhasil, warna kain hijau yang dikibarkan oleh Mae dilihat dan dipersepsi Aming sebagai warna merah!

Babak belurlah sang pria tampan tersebut; dicegat dan digebuk beramai-ramai oleh ketiga sahabat pria. Mae tidak terima atas insiden yang telah terjadi tersebut. Terlebih ketika ibunya jatuh sakit parah, Mae menuntut agar salah seorang dari mereka agar menikahinya. Demi ibunya yang setiap hari merengek dan menggumam bahwa dalam waktu dekat ia akan mati dan menjadi roh penasaran jikalau Mae tidak kunjung menikah.

Klimaks film memasuki timing-nya saat kawan-kawan sang pria tampan tidak terima atas pemukulan yang dilakukan oleh Desta cs. Maka, perkelahian massal antarkampung pun pecah! Namun masih diselingi dengan berbagai adegan kocakdisela-sela adegan pertempuran.

Secara absurd film ini diakhiri dengan pertemuan tak sengaja Mae dengan si pria tampan di tengah-tengah perkelahian massal. Kemudian dijelaskan bahwa semuanya adalah salah paham. Lebih bertambah absurd lagi ketika Mae dan si pria tampan langsung menikah di tempat, yang pada scene sebelumnya ia sudah siap mengucap ijab kabul dengan Agus Ringgo.

Secara garis besar dan keseluruhan, Get Married! tergolong ringan untuk dinikmati. Mendengar nama-nama Desta, Jaja Miharja, Agus Ringgo, Aming tampaknya sudah dapat mendeskripsikan bagaimana film ini akan bertutur kepada para penontonnya. Isu sosial yang dengan gamblang diangkat dalam film ini memaparkan tentang budaya solidaritas yang mengakar pada masyarakat Indonesia. Waktu si bodyguard berkata lantang kepada teman-temannya, maka tampaklah bahwa sosok-sosok yang berada di situ serupa dengan manusia-manusia jaman batu.

"Gue nggak peduli apa masalah elu sama mereka. Tapi yang jelas, nusuh elu adalah musuh kita juga. Jadi mari kita selesaikan dengan cara Indonesia"
Cara yang Indonesia? Hehee.. :-)


Tips & Saran:
Sebaiknya tidak membawa anak kecil saat menonton film ini, sebab mengandung banyak sekali explicit content seperti kata-kata Anjing! Bangsat! Mampus! Monyet!
Mencegah agar mulut anak kita tidak cepat menjaadi kebun binatang.
Baca selengkapnya..

Tuesday, November 13, 2007

The Rain and The Fall of Advertisement

Jogja kota hujan. Predikat yang aslinya milik kota Bogor ini, bolehlah dipinjam sejenak oleh kota Jogja, mengingat kondisi cuaca yang senantiasa kurang bersahabat bagi para pejalan kaki dan pengendara sepedamotor seperti saya ini. Semenjak dua minggu terakhir ini, mantel hujan kembali menjadi barang yang populer dan paling diminati. Serupa bendera merah putih yang laku keras tatkala Agustus tiba.

Saya ingat bahwa pertama kali hujan memasuki musimnya di Jogja tahun ini pada tanggal 5 November 2007 ini. Hujan pertama kali turun pada pukul 13.47, sebab pada saat itulah kantor saya [Kamajaya] sedang melakukan proses pindahan dari Jl. Monjali ke Condongcatur. Padahal
hari-hari sebelumnya langit terang benderang tanpa setitik air yang jatuh dari langit. Memang, ketika hari memasuki sore, langit terlihat mendung dengan segerombolan besar cumulonimbus yang menggantung. Tapi, mereka tidak melakukan apa-apa. Maka kami merasa aman saja untuk menjadwalkan ulang waktu pindahan kantor dari hari Jumat ke hari Senin.
Namun, malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Awan-awan itu mulai melancarkan serangannya pada hari Senin. Sehingga kami harus berpindah dalam basah.
Beberapa barang dan file terpaksa harus berkenalan dengan air.
Syukurlah mereka tidak termasuk hal yang penting.

Secara pribadi, saya terkena 2 dampak negatif dari musim hujan yang tengah berlangsung saat ini. Pertama, cucian yang saya jemur tidak dapat kering dengan segera. Untunglah saya menggunakan Attack; deterjen konsentrat yang mengandung softener sehingga pakaian tidak bau walaupun kering tanpa matahari [adv].

Kedua, rupanya atap genteng kamar kos saya menunjukkan ketidakberesannya kali ini. Setiap kali hujan dengan intensitas yang cukup deras, maka saya selalu was-was, cemas, serta gundah gulana. Jangan-jangan air masuk merembes ke dinding dan membasahi kasur saya.. Wah, ternyata benar! Alhasil, malam pertama pada musim hujan saya lalui tanpa kasur. Hiks...

Esok pagi saya berinisiatif untuk memerbaiki problem tersebut dengan memanjat sendiri ke atas atap melalui jalur area jemuran. Namun entah karena kebodohan atau nasib buruk, tubuh saya meremukkan beberapa genteng lagi karena usia genteng yang mungkin sudah dipasang semenjak saya duduk di bangku kelas 2 SMP. Weladalaah.. Maksud hati ingin memerbaiki malah menghancuri.. Teruknya..

Akhirnya saya 'memindahkan' beberapa genteng dari gapura kos ke atap kamar kos. Namun, hingga hari ini tampaknya masalah tersebut belum terselesaikan. Saya masih saja menjumpai bekas tetesan air yang mengalir pada dinding tatkala hujan deras menerjang. Maka saya mengalah. Setiap kali berangkat kerja, saya selalu mengingatkan diri untuk mendirikan kasur pada tempat yang lebih aman. Sehingga ia tidak berpotensi lagi untuk dijamah oleh air hujan.

Imbas lain yang kurang menyenangkan tentang musim hujan berkenaan dengan aliran listrik. Yup, listrik lebih berpotensi padam pada saat musim hujan. Dalam minggu ini sudah dua kali listrik kos padam, sehingga saya tidak bisa mengerjakan rutinitas seperti biasanya. Seperti mengoneksikan Motorola saya dengan komputer, lalu dengan bebas mengoprek-oprek dunia maya lewat koneksi XL GPRS. Padahal kuota download account saya masih tersisa 140MB. Lumayan besar untuk lima hari ke depan hingga masuk masa tagihan yang baru.

Malam tadi, listrik kembali padam. Terserang bad mood sebab dikepung gelap di dalam kos, saya berinisiatif makan malam di luar. Walaupun tanpa pacar. Saya menyusuri jalan Kaliurang ke selatan hingga Klebengan. Semua pekat. Sore tadi, angin dan hujan merobohkan sebuah papan iklan di depan Yamaha Kaliurang [klo gak salah], sehingga bapak-bapak polisi harus sedikit memodifikasi aliran lalulintas. Kendaraan dari ring road utara Kentungan tidak boleh menuju ke selatan. Jalan ditutup. Begitupula dari selatan di perempatan MM UGM, tidak boleh langsung menuju utara, melainkan dibelokkan ke arah Klebengan hingga tembus ke Gejayan [Jl. Affandi].

Air [hujan] dan angin adalah unsur dasar dari kehidupan planet bumi. Tetapi akhir-akhir ini keduanya tidak berlaku bersahabat sebagaimana biasanya mereka menumbuhkan tanaman, mengairi persawahan, serta menyeka panas dan keringat. Sayangnya pula, avatar sang pengendali angin hanya ada dalam kisah kartun televisi, sehingga mereka makin bebas saja mengobrak-abrik rumah, pohon, dan papan iklan. Tetapi, air dan angin tak dapat dipersalahkan, sebab manusia yang membuat global warming. Men must pay for what they've done.

By the way
, kenapa papan iklan yang selalu dijadikan sasaran oleh angin dan hujan?
Mungkin mereka juga muak melihat centang-perenangnya iklan yang bertebaran tanpa ampun di setiap sudut kota. Yang memaksa mata kita untuk menelan setiap pesan. Rela maupun tidak rela. Seperti juga iklan online yang membawa kita ke situs MFA.

PS: Ngomong soal MFA, ngomongin juga soal adsense.
Ngomongin soal adsense, ngomongin juga soal earning
Earning baru $0.53. Hiks...
Tapi, alhamdulillah... udah $0.53.. [optimist mode: on]
Maju publisher Indonesia!
Baca selengkapnya..

Monday, September 24, 2007

Perihal Insya 4JJI, Judas, dan Jesus Christ

Bukan Indonesia namanya kalau tidak familiar dengan yang namanya singkatan dan akronim. Mulai dari yang sederhana dari KD, AADC, PSK, TNI, TKI, JPS, KUD, WIL, PKK, SBY, hingga yang njelimet seperti menko ekuin, pangarmatim, dan ipoleksosbudhankam. Bentukan singkatan dan akronim tersebut begitu kompleksnya hingga terkadang ia berubah wujud sebagai sebuah kata yang memiliki asosiasi terhadap sesuatu.

Jika saya sedang berjalan dengan santai dan seketika ada seseorang yang berpapasan dengan saya melihat dengan pandangan tajam seraya bertanya dalam nada bass yang berat: ”Kamu PKI, ya?” Maka yang terjadi adalah aliran adrenalin dan ritme denyut jantung saya yang meningkat, sementara di dalam kepala sibuk memutar ulang rekaman adegan-adegan dalam film “Pemberontakan G30S/PKI” yang dulu selalu saya nantikan penayangannya setiap tanggal 30 September. Film tersebut berikut buku-buku pelajaran sejarah yang saya baca akhirnya mengidentifikasi singkatan PKI dengan kekejaman, darah, tak bertuhan, dan setan. Ya, PKI adalah setan. Bukan lagi singkatan dari nama sebuah organisasi politik Partai Komunis Indonesia yang pernah berjaya pada pertengahan abad ke-20 sejarah Indonesia.

Mungkin karena saking familiarnya kita dengan singkatan dan akronim, sehingga terkadang kita membuat kepanjangan dari sebuah kata yang sebenarnya bukan singkatan. Waktu kecil, saya dan teman-teman kerap memanjangkan kata DJARUM dengan demi janda aku rela untuk mati, ARDATH adalah aku rela diperkosa asal tidak hamil, dan GBHN adalah kependekan dari gara gara bola hancur negara. Ungkapan-ungkapan yang kerap nuansa seks, mengingat kami adalah sekelompok anak kecil yang kelak akrab dengan jerawat dan masturbasi dalam dua tahun ke depan. Lalu, salah seorang teman kami yang lain nyeletuk
“Kamu tau kepanjangan KANSAS?”
“Nggak... apaan?”
“Kami Anak Negara, Suka Akan Suharto”
“Hahaahaaa...”, kami tertawa lepas, dan teman kamipun melanjutkan
“Klo dibalik jadi SASNAK, ada kepanjangannya juga, loh..”
“Apaan?”, sahut kami bersemangat
“Siapa Anti Suharto Negara Akan Kacau”
“Haahaa...”, kami kembali tertawa.
Pada waktu itu, kami begitu senang jika ada salah satu di antara kami yang memiliki perbendaharaan singkatan yang baru setiap harinya. Termasuk singkatan KANSAS dan SASNAK tersebut. Kami hanya menganggapnya sebagai sesuatu yang lucu.
Namun, saat ini ketika saya mengingatnya kembali, saya merasakan nuansa politis yang kental dari permainan singkatan tersebut. Entah, apakah teman saya terlampau cepat dewasa hingga ia mampu menciptakan kepanjangan singkatan tersebut. Mungkin ia mencuri dengar dari bapaknya yang pengagum dan pendukung Presiden Suharto . Mungkin....

Tukul says”,Kembali ke lap... “

Nah, siang tadi saya menerima e-mail dari sepupu saya di Kalimantan. Dia memang sering mem forward berbagai e-mail unik yang diterimanya dari berbagai rekan dan kustomernya. Biasanya content-nya berupa gambar-gambar lucu, video kecelakaan, atau artikel-artikel tentang introspeksi diri. Namun, kali ini isinya berupa bahasan tentang sesuatu singkatan yang kerap mampir di ponsel saya. Isinya begini:

FYI

Sekedar Sharing..

Wallahualam..

Hati hati mengunakan singkatan pada saat SMS, seperti contoh ini..Kita sering mendapatkan atau menuliskan kata INSYA 4JJI (Insya Alloh), Tahu gak apa TU arti 4JJI ??? Berikut sahabat Ana menulis : Eska Said: tulisan 4JJI / 4jji kpanjangan dari FOR JUDAS, JESUS, ISA AL MASIH. Naudzubilllahimindzalik. Smoga qt bisa lebih hati2 menggunakan singkatan sms. Tolong sebarkan, please.. That's urgent!!!

Regards
Malamnya teman satu kos saya menunjukkan SMS yang persis sama dengan apa yang saya baca tadi siang. Apakah yang sedang terjadi?! Apakah benar ini ada hubungannya dengan isu Kristenisasi??

Secara praktis saya dapat menggambarkannya seperti berikut. Jika saya menerima sebuah SMS dari sahabat saya yang muslim menulis sebagai berikut: “Nanti sore saya akan datang. Insya 4JJI”. Maka saya akan menginterpretasikan karakter yang tertulis terakhir sebagai nama tuhan saya: Allah. Jadi membacanya adalah “Insya Allah” yang dapat diartikan bahwa segenap rencana dan keinginan kita tidak ada yang bisa menentukan dan memastikan kecuali Allah Sang Maha Menentukan.

Di sini saya melihat penggunaan karakter 4JJI atau 4jji adalah serupa dengan penggunaan emoticon :-) dan ;-P. Seperti yang kita ketahui bahwa penggunaan emoticon berfungsi sebagai pengganti gambar yang tidak dapat kita buat pada ponsel generasi 2G. Dikarenakan keterbatasan kemampuan editor teks SMS, maka kita akan mengetikkan :-) pada pesan sehingga si penerima akan melihat bahwa kita sedang tersenyum kepadanya, alih-alih membacanya sebagai titik koma, minus, dan kurung tutup.

Karena ponsel teman saya yang muslim tidak mendukung huruf hijaiyah [sama seperti ponsel saya] maka ketika dia mengetikkan karakter 4JJI, maka saya sebagai penerima pesan akan langsung melihat karakter tersebut sebagai bentuk bacaan Allah. Bukan membacanya dengan EMPAT J J I ! Apalagi membacanya sebagai FOR JUDAS JESUS ISA AL MASIH..!

Maka saya menganggap bahwa isi pesan itu adalah mengada-ada alias Hoax. Semacam pemerkosaan bahasa [language abuse] yang bertujuan menyudutkan sesuatu pihak yang memiliki kepentingan tertentu. Wallahualam. Saya tidak tahu jelas darimana rekan Eska Said seperti yang disebutkan dalam e-mail tersebut bisa memberikan kepanjangan dari karakter 4JJI. Sebaliknya, menurut saya bentukan karakter 4JJI tersebut melambangkan kebesaran Allah sendiri yang ternyata nama-Nya pun dapat ditemukan dalam telinga seorang bayi, dahan pohon, di dalam irisan buah terong, dan juga di dalam bentuk abjad latin.

Hal lain yang menurut saya melemahkan pernyataan tersebut adalah ketidaksesuaian bahasa, dalam arti penggunaan bahasa arab dan inggris dalam satu istilah. Secara umum, kaum muslim mengerti bahwa “Insya Allah” [dua-duanya kata arab] berarti “atas kehendak Allah”. Maka, “Insya 4JJI” [satu kata arab, satu kata inggris] dibaca “Insya For Judas Jesus Isa Almasih” yang berarti “atas kehendak untuk Yudas Yesus Isa almasih”. Bahasa apa ini?? Arablish? Seperti orang-orang Singapore yang memakai bahasa Singlish Ya, maybe, laah...

Maka, berhati-hatilah jika anda menerima pesan e-mail atau SMS yang menggunakan tag “FYI” atau “Information” atau “Please forward”. Sesungguhnya kita berada di dunia teknologi informasi dengan kemampuan web 2.0 di mana setiap orang bisa mengemukakan pendapat, alasan, argumen, pembelaan, tuduhan, dan bahkan hujatan yang dalam hitungan detik bisa dibaca oleh sedemikian banyak orang dalam waktu bersamaan. Dan hoax seperti “mouse optik menyebabkan kanker telapak tangan” begitu mudah diciptakan hanya dengan menyebutkan “sebuah penelitian di jerman menyatakan...”. Jerman yang mana? Peneliti yang mana?

Tidak ada polisi data di dunia maya yang menyatakan bahwa informasi ini benar atau salah. Maka, yang menjadi polisi adalah kita, yang kemudian akan menentukan apakah informasi ini layak untuk di forward atau tidak. Sekali lagi, Wallahualam, jika rekan Eska Said ternyata benar dalam hal ini. Tetapi yang jelas, dia sudah sedikit merusak penafsiran saya [dan mungkin beberapa kawan muslim yang menerima pesan serupa] terhadap bentukan karakter 4JJI.

Note:
Pada kali yang lain, teman saya yang punya singkatan KANSAS dan SASNAK tersebut menghampiri kami dan mengemukakan singkatan barunya. Majalah HAI adalah kependekan dari “Hancurkan Agama Islam”. Kali ini saya dan teman-teman tidak tertawa. Agak sedikit ngeri saya membayangkan hal tersebut. Entah siapa subjek yang berniat menghancurkan agama saya tersebut, namun sepanjang saat ini yang saya tahu majalah HAI memang selalu menampilkan potret-potret gadis muda yang menggiurkan. Selalu saja membuat saya ingin bermasturbasi. Baca selengkapnya..

Sunday, August 5, 2007

The Banner Troublemaker

Ini adalah cerita tentang sebuah benda yang sangat lazim ditemui di sepanjang jalan pada kota-kota di mana manusia biasa menunggang ‘kuda dengan kentut karbon monoksida’. Dia hadir di setiap perempatan jaln, di atas pos polisi, di bawah flyover, di depan warung lesehan gudeg, lalu berjejer centang perenang melintang jalan hingga kita tidak mampu melihat apakah lampu lalulintas sudah berubah hijau atau belum.

Makhluk bernama spanduk ini memang serupa tumbuhan merambat yang dalam semalam mampu beranakpinak dan serta merta menambatkan sulur-sulurnya pada setiap cagak di dalam hutan yang bernama kota. Dia mudah hidup namun tak mudah mati. Padahal menurut undang-undang, ia hanya boleh hidup selama empatbelas hari. Namun, begitu gigihnya ia beradaptasi dengan lingkungan sekitar, sehingga populasinya begitu cepat bertumbuh, ratusan hingga ribuan, sampai-sampai petugas dinas pendapatan daerah tak mampu lagi menghitung berapa banyak spanduk yang harus diberangus. Mati satu tumbuh sepuluhribu.

Lihatlah betapa makhluk ini memiliki sifat yang begitu unik: eksebsionis, suka pamer. Spanduk takkan mau hidup di mana tidak ada orang yang bisa melihatnya. Dan ada-ada saja caranya menarik perhatian. Mulai dari warna-warninya yang mencolok, hingga rangkaian kata-kata yang vulgar, erotis, mengajak, menggelitik, bertanya, dan bahkan memerintah. Simak saja contoh-contoh berikut:
  1. Presenting the most sexy and delicious girls [gadis yang seksi dan nikmat?]
  2. Pilih no.3! bersama kita membangun bangsa
  3. Rewel? Pegat!
  4. Buat teknologi, boleh poligami
  5. Pengen masak bareng Indra Bekti
Selain di tempat ramai, spanduk juga suka bertambat di tempat yang tinggi. Semakin tinggi sebuah cagak, semakin sukalah ia bertengger di sana. Maka, seringlah kita melihat begitu banyak spanduk saling bertumpuk di posisi paling atas. Hari ini dua, besok tiga, lusa lima. Kasihanlah spanduk yang tiba paling awal karena ia akan segera ditutupi oleh kawannya esok hari. Sebab tempat rendah mengandung banyak kerugian. Seorang pedagang pecel lele dapat saja merenggutnya untuk dijadikan sebagai penutup gerobak. Kali lain, seorang pemabuk yang kalap dapat meraihnya dengan mudah dan mengakhiri hidupnya dalam sobekan-sobekan.

Modernisasi dan kapitalisme adalah induk dan cikal bakal spanduk. Maka kota adalah tempat yang paling ideal untuk beranakpinak. Tetapi, kini ia mulai bertumbuh juga di desa. Sebab ia juga memiliki sifat yang serupa dengan induknya. Kapitalisme mengajarkan bahwa seseorang membeli bukan karena mereka ‘benar-benar’ membutuhkannnya, namun hanya karena ia ‘merasa’ membutuhkannya.

Ketika orang-orang menyaksikan bagaimana Deddy Mizwar dan Didi Petet meributkan ‘bebek’, maka merekapun membayangkan betapa mudahnya memindahkan diri hanya dengan memutar kunci, menginjak persneling, dan menarik kopel gas. Persuasi berlanjut ketika mereka melihat tetangganya mengendarai ‘bebek’ baru milik Deddy Mizwar. Akhirnya pandangan mereka tertumbuk pada sebuah spanduk yang terpancang di depan balai desa, yang mengatakan betapa mudahnya memiliki sebuah ‘bebek’ baru hanya dengan limaratus ribu. Maka berduyun-duyunlah orang desa menyerbu dealer, menukarkan enam bulan keringat mereka di ladang persawahan dengan sebuah ‘bebek’ baru yang minumnya seharga dengan sebungkus nasi padang duta minang.

Tetapi, spanduk terkadang berhati dermawan. Ketika gempa mengguncang, ia tidak lagi berdiri memamerkan diri, melainkan duduk menaungi manusia-manusia yang kehilangan rumahnya. Di kota-kota besar, para gelandangan kere dan tunawisma mengandalkan spanduk sebagai teman tidur di kolong jembatan. Agar tidak masuk angin ketika malam mendinginkan udara dan menebarkan penyakit paru. Dan beberapa aktivis perguruan tinggi pernah memakai baju dari bahan spanduk sebagai protes atas kesewenang-wenangan kapitalisme. Di sini spanduk senasib dengan Malin Kundang yang durhaka terhadap ibunya.

*****

Lalu di sinilah aku, duduk menghadap komputer. Dalam berbagai sifat positif dan negatif sang spanduk, aku: daniy!, telah melahirkan beribu-ribu dari mereka. Tuhan memberikan aku kemudahan dalam mengidentifikasi warna serta keahlian menarik garis dan kurva digital. Maka ditempatkanlah aku oleh-Nya sebagai seorang kreator grafis di sebuah perusahaan event organizer. Dan malam ini aku akan mendesain sebuah spanduk event pemeran hasil kerajinan lokal.

Nah, lo... dari tadi ngomongnya banyak negatif soal spanduk, tapi sekarang malah mau bikin spanduk?!

Ya... berpandangan negatif bukan berarti benci dan anti ‘kan? Masak seorang desainer grafis menolak permintaan atasannya untuk mendesain spanduk hanya karena ia merasa bahwa spanduk adalah bagian dari kapitalisme. Lagipula kupikir lebih baik aku mendukung promosi para pengrajin lokal itu yang begitu bangga dengan produk sandal jeraminya, ketika orang Indonesia yang lain juga membuat sandal [murahan] yang kemudian mereka cap dengan kata “converse”.

Terkadang kita memang harus berkompromi.
Baca selengkapnya..

Tuesday, July 31, 2007

Antara Aku, Chrisye, dan Aulia

Jress.. Kusulut lagi makhluk putih itu lalu kuhunjamkan sekian ribu miligram racun yang dikandungnya, tepat ke dalam-paru-paruku. Fiuhh... Nikmat. Pahit. Gurih. Puas. Sedikit batuk. Mata mengerjap sebab asap sesekali mampir ke selaput korneaku. Aneh... padahal kemarin sore diberitakan bahwa Chrisye baru saja masuk surga karena kegemarannya yang luar biasa akan benda yang sedang kupegang ini. Laknat. Nikmat.

Putih mereka menggelembung membebaskan diri dari liang hidung dan tenggorokanku. Bisa kudengar asap-asap itu berteriak dan tertawa-tawa. Hahahaaa... Terkadang mereka melambai kepadaku dalam keadaan membubung dan memecah di udara sambil berkata."Terimakasih, daniy!, telah membiarkan kami menjelajah, dalam, dalam sekali, hingga kami bertemu alveoli. Tapi, daniy! Beberapa dari kami tak mau kembali. Maka kami tinggalkan saja dia, melekat pada sekat paru-paru. Sekedar memperingatkan, mereka bisa berbuat jahat padamu, daniy! Mereka jahat. Jahat." Uhk..uhhkk.. Aku terbatuk. Sial. Asap laknat. Namun, usai memaki, kepada rokoklah tanganku kembali.

Pertama kali aku merokok, rasanya tidak enak. Pahit. Pusing. Lalu tanpa sengaja aku menemukan kenikmatannya setelah makan. Memang benar kata perokok-perokok senior nan profesional itu. Nikmat rokok timbul setelah makan. Tapi tak hanya pada saat itu saja rokok terasa nikmat. Sebagian perokok mengaku bahwa nikmat merokok ada bersama segelas kopi panas. Sebagian merokok setelah bangun pagi. Sebagian berkata bahwa nikmat merokok adalah ketika buang hajat. Untuk yang terakhir, aku tak setuju. Sebab, tak ada nikmatnya merokok sambil menghirup bau tinja.

Semakin hari semakin pandai saja aku merokok. Hari ini aku bisa merokok lewat hidung. Kali yang lain aku membuat lingkaran yang besar dari kepulan asap. Tapi, sayang, hingga sekarang aku belum bisa seperti Andy Lau yang dapat membolak-balik rokok di mulutnya hanya dengan bibir dan lidah. Kurasa aku bukan seorang perokok yang benar-benar profesional.

Tapi tak masalah, selama aku masih bisa merokok maka aku akan tetap bangga. Bangga? Ya, bangga. Karena merokok 'kan cowok banget. Ada yang bilang klo cowok nggak merokok maka ia banci. Padahal kebanyakan banci adalah perokok. Bullshit. Tapi aku percaya.

Maka...
Aku merokok setiap limabelas menit
Aku merokok setiap jam
Aku merokok setiap hari
Aku merokok setiap minggu
Aku merokok setiap bulan
Aku merokok setiap tahun
Aku merokok selamanya
Aku merokok ...
Hmmm... Selamanya? Selamanya??
Hmmm... [thinking mode ON]

I think not. I shall not smoke forever. Aku tidak boleh selamanya merokok. [angel mode]

Loh, kenapa? Merokok kan enak, daniy! [evil mode]

Well.... [me]

Lagian sekarang kamu dah gede. Dah bisa cari duit sendiri. Siapa yang bakal ngelarang kamu ngerokok? Klo jaman kamu sekolah dulu emang kudu ngumpet-ngumpet dari bokap. Tapi sekarang kamu kan dah dewasa. Orang dewasa boleh merokok. Sepuasnya. [evil mode]

Aha.. Jika orang dewasa dapat memilih untuk merokok, maka orang dewasa juga dapat memilih untuk tidak merokok!

[thinking mode OFF]

Aku menoleh ke sebelah kiriku. Aulia duduk memandangku dengan begitu sayangnya. Perempuanku itu begitu cantik. "Jangan jadi pengikut Chrisye ya, sayang..", ia meminta. Aku tersenyum kecil, membayangkan bahwa aku memang memiliki sebuah persamaan dengan Chrisye. Kami perokok. Dia sudah masuk surga. Aku belum. Dia sudah tidak punya waktu. Aku masih punya banyak waktu.

Ya. Aku akan menyakiti perempuanku secara perlahan. Aku memaksanya menjadi perokok pasif. Aku membunuh perempuanku. Mungkin juga aku akan membunuh anakku. Seharusnya ia mengisap susu, bukan asap rokokku. Ya Allah. Aku mau insyaf.

And tonight, I shall smoke the last.
Baca selengkapnya..

Wednesday, June 27, 2007

My First Motorola L6

Alhamdulillah, akhirnya malam ini saya bisa on-line juga. Padahal beberapa hari yang lalu, layanan internet saya masih saja impoten sebab perangkat modem handphone yang belum bisa kompromi. Sebuah motorola L6 yang saya dapatkan kurang lebih dua minggu yang lalu hampir saja menjadi barang tak berguna oleh sebab drivernya tak cocok dengan Windows XP saya.

Saya sedikit protes dengan pihak Motorola sebab mereka tidak memberikan driver, software, atau keterangan apapun atas perangkat yang telah saya beli. Memang sejak awal pembelian perangkat ponsel tersebut, tidak tersedia adanya software penunjang di dalam boxnya. Sudah banyak counter ponsel yang saya datangi dan saya tanyakan mengenai Motorola L6.

"Mas di dalam box-nya, ada apa saja?"

Dan jawaban yang saya terima selalu saja sama: Handphone L6, baterai, charger, dan kartu garansi. Beberapa menambahkan: "Saya bonusin MP3, deh"

"Ada CD softwarenya nggak, Mas?"

"Nggak ada. Tapi nyarinya gampang kok, Mas. Ke rental aja, pasti dapat."

Tapi bagaimanapun, lebih mudah berkata daripada berbuat. Saya telah jelajahi rental-rental di kota gudeg ini mulai dari Wahana hingga Istana dengan hasil nihil. Tak satupun yang memiliki driver untuk ponsel Motorola.

Tak kurang akal, saya melarikan diri ke warnet, mencari di dalam rimba dunia maya apakah ada driver untuk si Moto. Tempat pertama yang saya cari adalah situs merek ponsel yang saya beli: www.motorola.com. Tapi sayang, isinya bodong, cuman katalog produk, plus beberapa aplikasi games, minus driver]. Cari punya cari, googLe memberitahukan saya sebuah situs MobileAction yang memiliki driver USB modem untuk berbagai tipe ponsel. Gotcha ! Langsung saja saya download dari situsnya dan langsung saya cobakan pada komputer saya.

Hasilnya, komputer saya dapat mengenali si Motorola L6 sebagai USB modem. Kemudian dengan aplikasi MobTime Cell Phone Manager, saya dapat mengoneksikan si Moto dengan komputer untuk saling bertukar database phonebook, pesan SMS, gambar, dan ringtone. Tetapi masih ada satu masalah yang belum tuntas terselesaikan. Modem USB untuk Motorola tidak dapat melakukan koneksi internet melalui provider XL tempat saya berlangganan. Padahal menurut jaringan, koneksi internet GPRS saya sudah oke dan tidak ada masalah. Terbukti, ketika saya mencobakan kartu saya dengan ponsel Nokia 5300 lewat Nokia PC Suite-nya, saya dapat membuka Yahoo!Mail, Friendster, dan halaman situs apapun yang biasa saya akses lewat warnet. Tetapi ketika saya kembalikan kartu tersebut ke dalam si Moto, koneksi internet selalu gagal. Pesan yang muncul di WIndows adalah "Error 734: PPP Link Protocol was terminated".

Hufh.. Dua hari saya merasa kecewa dengan produk yang telah saya beli. Sebab, kenyataannya saya membeli produk tersebut bukan karena style-nya, kameranya, atau fitur MP3-nya. Saya butuh dia sebagai modem [GPRS class 10]. Artinya, jika ia kemudian ia tidak dapat berfungsi sebagai modem, maka sama saja dia tidak berguna. Saya telah mendatangi salah satu authorized dealer Motorola, dan saya mendapatkan sebuah jawaban yang kurang memuaskan. Masalah saya ditampung untuk kemudian di-forward ke kantor pusat di Jakarta.

Beruntunglah, kemudian saya bertemu dengan Pak Ahmad Daniyal. Dia ternyata juga pengguna Motorola sebagai modem internet. Tentu saja dia memiliki driver untuk modem USB Motorola.
Maka, malam ini legalah hati saya.
Saya bisa surfing internet, tanpa harus ke warnet.

PS: Bagi yang juga membutuhkan file driver motorola, silakan mengunduhnya di sini. Cara menginstall driver cukup mudah. Koneksikan ponsel Motorola anda ke komputer hingga taskbar menampilkan "Found Motorola L6". Seperti biasa, akan terbuka kotak dialog yang meminta kita untuk memilih lokasi driver. Pada tengah instalasi, Windows pasti akan memberi peringatan bahwa driver yang sedang di-install belum melewati proses "digital signing" oleh Windows. Klik saja "Continue Anyway", hingga proses instalasi selesai.

Tadaaa...!!
Insya Allah, handset Motorola anda akan siap digunakan sebagai modem.
Baca selengkapnya..

Design by Dzelque Blogger Templates 2007-2008