Wednesday, January 30, 2008

Fitur Google Mail: Yang Ini Mungkin Anda Belum Tahu

Sudahkah anda menggunakan layanan e-mail dari Google? Jika belum, maka segeralah beralih [duh, bahasa promosi] karena berdasarkan pengalaman saya, Google Mail memberikan fasilitas pengamanan terhadap spam yang lebih optimal daripada layanan e-mail gratis serupa. Juga, adanya fitur praktis yang memudahkan pengguna untuk memaksimalkan satu akun Google Mail untuk berbagai keperluan.

1. Perlindungan Maksimal Terhadap Spam
Caranya? Pada saat anda berada pada inbox, jika anda menemukan e-mail dari sebuah alamat yang isinya anda anggap spam, maka anda tinggal menekan ikon Spam yang berada pada bagian header Google Mail. Selanjutnya, Google Mail akan memindahkan e-mail tersebut ke dalam folder spam, dan seterusnya setiap e-mail yang dikirimkan dari alamat yang sama akan langung dimasukkan ke dalam folder spam.

Terlebih ada cara yang praktis untuk menangkal serangan surat sampah dari spammers. Mungkin anda terbiasa untuk mendaftarkan diri [sign up] pada sebuah website. Pada proses pendaftaran biasanya anda akan diminta untuk mengisikan nama dan alamat e-mail anda pada kolom yang tersedia. Namun saya sarankan anda untuk berhati-hati jikalau website tersebut mungkin berpotensi untuk melakukan spamming terhadap inbox anda. Walapun website tersebut melampirkan kata-kata “your e-mail address is safe. we hate spammers too”, terus terang saya tak akan langsung percaya.

Pada saat yang demikian anda dapat mendaftarkan diri anda sekaligus mendaftarkan web tersebut kepada Google Mail. Sebagai contoh, jika anda mendaftarkan diri pada website.com, maka anda tinggal mengetikkan presidensby+website@gmail.com. Google Mail akan mengidentifikasikan e-mail yang berasal dari alamat tersebut sebagai spam.

2. Satu Akun Untuk Segala Keperluan
Fitur unik yang dimiliki oleh layanan e-mail Google adalah user ID yang dapat dimodifikasi dengan menggunakan karakter titik. Sebagai contoh jika anda memiliki alamat e-mail presidensby@gmail.com, maka teman anda yang mengirimkan e-mail yang ditujukan kepada alamat-alamat berikut:

*presiden.sby@gmail.com
*presidens.by@gmail.com
*presidensb.y@gmail.com, dst

akan tetap diteruskan kepada alamat presidensby@gmail.com
Anda juga dapat menambahkan banyak tanda titik pada ID e-mail seperti p.r.e.s.i.d.e.n.s.b.y@gmail.com dan [lagi-lagi] e-mail tersebut tetap akan diteruskan ke alamat presidensby@gmail.com

Penempatan karakter titik ini dapat digunakan untuk memilah surat-surat yang masuk ke dalam filter-filter yang telah anda buat. Caranya, masuklah ke dalam menu filter di Google Mail, lalu isikan pengaturan pada kolom “to” dengan alamat e-mail yang anda modifikasi. Klik “Next Step” maka anda akan diberikan beberapa pilihan yang akan diterapkan pada surat-surat yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan pada langkah sebelumnya.

setting-filter-google-mail
setting-filter-google-mail


Sebagai contoh, anda memasukkan presiden.sby@gmail.com pada kolom “to” dan pada langkah selanjutnya anda memilih “Apply the label”, lalu pada drop-down list “choose label” anda pilih “teman” maka setiap e-mail yang ditujukan kepada alamat presiden.sby@gmail.com akan otomatis diberikan label “teman”. Hal ini seterusnya dapat diaplikasikan kepada label lain yang anda punya seperti “keluarga”, “bisnis”, dsb dengan hanya memindahkan posisi karakter titik pada username ID Google Mail anda.

Artikel ini ditulis berdasarkan artikel serupa dalam bahasa Inggris.



Baca selengkapnya..

Saturday, January 26, 2008

Inilah Musuh Para Blogger

Apa sajakah musuh para blogger? Pertanyaan ini coba saya lemparkan kepada siapa saja yang merasa bahwa menulis di blog adalah bagian dari hidupnya. Saya sendiri? Iya. Walaupun kenyataannya koleksi posting saya di dalam blog ini masih jauh dibilang layak untuk seorang blogger profesional, namun setidaknya saya masih merasa memiliki harapan dan kemauan untuk tetap menulis.

Pertanyaan di atas bukan bermaksud untuk mencari musuh di antara sesama para blogger, namun lebih kepada hal-hal yang menjadi rintangan, hambatan, dan kendala para blogger dalam mewujudkan segala ide dan keinginannya menjadi sebuah posting dalam blog.

1. Mati listrik
Mengapa saya menempatkan hal ini sebagai urutan pertama? Ada dua penjelasan dari saya sendiri. Secara umum, listrik merupakan sumber kehidupan dari komputer dan internet. Tak ada listrik, tak ada komputer yang hidup, tak ada koneksi internet,dan pasti tak ada tambahan posting pada blog.

Secara pribadi, saya menulis posting ini tepat setelah listrik kos saya di Pogung Lor baru saja hidup dari pemadaman bergilir. Menjengkelkan memang, padahal sebelumnya saat pulang dari kantor, saya sudah berencana dengan pasti untuk berselancar dengan perambah Mozilla Firefox saya, mencari sumber inspirasi content baru untuk blog. Namun kenyataan berkata lain. Terpaksa saya menidurkan diri dalam kegelapan.

Namun untungnya, mati listrik kali ini justru membuat saya menghasilkan satu buah posting yang sedang anda baca saat ini.

2. Malas
Berapa kali dalam sehari kita mendapatkan ide untuk menulis? Saya pribadi, satu buah ide setiap hari. Terkadang tidak ada. Namun, berapa jumlah posting yang ada sekarang dalam blog saya ini. Yang jelas jauh lebih sedikit dari jumlah hari yang telah saya lewati semenjak tanggal pertama kali saya berkenalan dan mendaftarkan diri dengan Blogger.

Mengapa bisa? Saya akan jawab sendiri bahwa saya adalah pemalas. Dan pemalas pasti punya seribu satu alasan untuk tidak mengerjakan apa yang seharusnya dia kerjakan. Sang pemalas ini timbul ketika sebuah ide mampir di dalam kepala, namun kemudian hanya berhenti di sana tanpa realisasi. Saya beralasan bahwa saya dapat mengerjakannya nanti sore atau nanti malam. Lalu ide tinggallah ide. Ketika suatu waktu saya menemukan orang lain menulis dengan ide sama yang pernah mampir, saya baru berkata: Shit!

Sementara saya tidak menghasilkan apa-apa.

3. Kritik
Siapakah yang tahan kepada kritik dan kontroversi? Saya tidak. Saya memiliki sebuah blog di WordPress yang saya mulai beberapa waktu yang lalu. Saya menulis seputar masalah kesehatan yang bahannya saya murni mengambil dari sebuah buku. Entah memang karena isinya menarik dan sesuai dengan kebutuhan beberapa orang, maka komentar mulai mengisi halaman blog saya dan bahkan bertanya lebih jauh tentang apa yang saya tulis. Sayangnya saya bukan berasal dari latar belakang kedokteran sehingga saya tidak mampu memberi respon lebih jauh.

Beberapa komentar kemudian hadir mengenai kualitas blog saya yang minim dengan visualisasi, dan hal-hal lain yang kurang berkenan dengan saya pribadi. Saya merasa terganggu sebab saya memang tidak terlalu menguasai tentang apa yang saya tulis. Saya pun merasa bersalah ,”Kenapa saya menulis blog semacam ini?”

Akhirnya saya menutup blog tersebut, dalam arti hanya saya dan beberapa teman yang mampu mengakses halamannya.

Saya belum mampu menenggang kritik.

4. Koneksi Internet
Hal ini mungkin sudah tersebutkan pada poin pertama, namun di sini ia berkaitan dengan kemampuan para blogger untuk mengakses internet. Saat ini perkembangan internet sudah jauh lebih baik daripada 2 tahun yang lalu.

Buat blogger yang masih nomaden, dalam arti bergerilya memakai jasa warnet, berinternet sudah tidak harus berhadapan dengan monitor tua kualitas VGA dengan tempat duduk plastik seadanya. Warnet sekarang sudah berintegrasi dengan fungsi-fungsi kenyamanan sebuah kafe, dan kecepatan akses yang tidak bisa dibilang lemot. Bagi blogger yang memilih untuk menggunakan koneksi pribadi, beberapa ISP sudah berlomba menawarkan program berlangganan dengan tarif yang cukup terjangkau.

Lalu kendalanya? Okey, bagi para blogger nomaden maka untuk bisa mengakses internet mereka harus berhitung tidak hanya pada biaya akses internet per jamnya, tapi juga pada akses dan biaya transportasi dari tempat tinggal menuju warung internet, biaya parkir, dan biaya ngemil selama berada di warnet. Belum terhitung juga kendala jika ternyata warnet yang dituju sedang penuh sehingga memerlukan fasilitas ‘antri’ agar blogger bisa mengakses internet.

Memilih akses internet pribadi juga berarti harus menyiapkan biaya yang bukan sedikit untuk bisa menikmatinya. Taruhlah butuh semurah-murahnya Rp 400.ooo,- untuk membeli sebuah handphone modem GPRS bekas seri Motorola C380 yang sekarang di pasaran mulai susah untuk ditemui. Itu dengan asumsi bahwa sang blogger sudah memiliki sebuah unit PC atau notebook. Kalau belum, ya beli dulu, dong.

Kendala lain adalah koneksi dari ISP sendiri yang terkadang membuat blogger pusing tujuh keliling. Pada saat-saat tertentu, koneksi GPRS bisa saja down beberapa waktu, seperti yang dialami teman-teman pengguna centrin kemarin hari. Saat itu, alternatif terbaik untuk bisa blogging adalah melalui warnet.

Maka, pada warnetlah blogger kembali.

Sebenarnya saya ingin menambahkan satu buah hal lagi dalam daftar ini: pacaran. Namun hal tersebut bukan hal yang umum mengingat tidak semua blogger memiliki pacar dan beberapa blogger pun sudah berkeluarga [sehingga tidak lagi berpacaran]. Lagipula pacaran bukan sebuah rintangan, melainkan sebuah kebutuhan biologis untuk menyelingi rutinitas blogging yang terkadang membuat kepala ruwet. A called of nature.

Baca selengkapnya..

Thursday, January 17, 2008

Membuat Backup Registry Mozilla Firefox

Pernah dengar kata registry? Buat yang demen utak-atik Windows pasti sudah tidak asing lagi dengan kata tersebut. Nah, buat para pengguna perambah Mozilla Firefox, ternyata program ini juga menyediakan akses bagi user untuk mengontrol nilai registry yang ada di Firefox.

firefox


Langkah pertama yang harus kita lakukan untuk masuk ke dalam registry editor Firefox adalah mengetikkan frase about:config pada address bar, maka kita akan segera disodorkan dengan tampilan registry sebagaimana terlihat di atas. Di sini kita dapat mengubah nilai yang tertera pada masing-masing parameter dengan cara melakukan double click pada item yang bersangkutan.

Sebaiknya kita tetap mengingat bahwa melakukan perubahan pada registry juga melakukan perubahan yang krusial pada kinerja Firefox secara keseluruhan. Jika terdapat kesalahan, kemungkinan Firefox akan crash dan tidak mampu berjalan dengan normal. Maka, biasakanlah untuk membuat backup registry sebelum kita bener-benar mengobrak-abrik setting registry Firefox.

Caranya?

Bukalah folder profile Firefox melalui Windows Explorer. Pada komputer saya alamatnya adalah sebagai berikut:
C:\Documents and Settings\daniy!\Application Data\Mozilla\Firefox\Profiles\

Pada komputer anda, pasti alamatnya akan berbeda sebab folder "...\daniy!\..." merupakan folder untuk username di komputer saya.

Lalu temukan sebuah file yang bernama prefs.js. Nah, inilah dia file yang berisi semua parameter yang ada pada setting Firefox. Copy saja file tersebut pada lokasi yang lain, atau simpan pada USB flash sehingga kita dapat menggunakannya kembali sewaktu-waktu.

Cara mengembalikan registry juga sangat mudah. Copy file prefs.js yang berada pada USB flash ke dalam folder profile Firefox kembali. Windows akan memeringatkan bahwa file prefs.js sudah ada di dalam folder dan memertanyakan apakah kita bermaksud untuk menimpanya dengan file yang baru. Klik saja "yes" maka registry Firefox akan kembali seperti semula

Tips lain:
Coba ketik frase about:mozilla pada address bar. Maka anda akan menemukan quotes dari Book of Mozilla.

the book of mozilla


Baca selengkapnya..

Tuesday, January 15, 2008

Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar: Semoga Bukan Hal yang Sulit dan Mahal

Saya kerap berdebat dengan kawan, apakah itu kuitansi atau kwitansi, jadual atau jadwal, mengubah atau merubah, serta memermudah atau mempermudah. Kebanyakan perdebatan tersebut baru terpecahkan beberapa hari ke depan, karena masing-masing dari kami tidak dapat menunjukkan bukti manakah yang benar. Hingga suatu saat saya menemukan sebuah Kamus Besar Bahasa Indonesia di rumah pacar saya, yang kemudian mengukuhkan kebenaran sekaligus kesalahan saya pada saat yang bersamaan atas perdebatan kemarin hari. Saya bersikeras pada kebenaran kata kuitansi dan KBBI juga menuliskan kuitansi. Saya benar. Namun saya memihak pada kata jadual dan sayangnya KBBI memuat entri jadwal. Saya salah.

Berbicara dan berdebat tentang bahasa Indonesia beserta kebakuan kata-katanya memang susah susah gampang. Kendala yang paling utama adalah ketiadaan sumber acuan yang dapat menuntaskan secara langsung keraguan terhadap objek kata/ kalimat yang sedang dibahas. Dalam konteks ini saya merujuk kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Ingatlah ketika kita masih berada di bangku (Kenapa disebut bangku adalah karena bentuknya yang panjang. Tempat duduk yang hanya memuat satu orang dinamakan kursi. Namun, pada saat SMP kami sekelas menggunakan 'kursi' dan kami tetap menamakannya 'bangku') sekolah pada saat pelajaran Bahasa Indonesia. Pada beberapa mata pembahasan terselip kata-kata "menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia..." yang artinya kita dianjurkan untuk merujuk pada kamus tersebut apabila menemukan kerancuan dalam aktivitas berbahasa kita.

Namun, anjuran tetaplah anjuran. Entah mungkin saya yang malas, saya jarang bahkan hampir tidak pernah bersentuhan dengan benda itu. Sepanjang pengalaman, baru sekali saya benar-benar membuka dan membaca Kamus Besar Bahasa Indonesia tersebut. Yaitu saat saya menemukannya tertumpuk-tumpuk tak terjamah di bufet ruang tamu auLia. Dahulu Bapak memang punya kamus, tetapi bukan Kamus Besar melainkan Kamus Umum Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka. Kamus bersampul hijau muda itu cukup tebal sehingga adik saya kerap menggunakannya sebagai pengganti barbel untuk berlatih beban.

Penemuan KBBI tersebut menumbuhkan pertanyaan dalam benak saya tentang akses masyarakat terhadap Kamus Besar Bahasa Indonesia. Seperti halnya Undang Undang Dasar yang menjadi dasar segala peraturan dalam penyelenggaraan negara yang mulia dan sejahtera, Kamus Besar merupakan acuan utama untuk mewujudkan kehidupan berbahasa Indonesia yang baik dan benar.

Dari segi harga, saya memang tidak pernah melakukan survey terhadap toko-toko buku, namun saya merasa tidak akan mendapatkannya dalam kisaran harga puluhan ribu. Itu dari soal harga. Pertanyaan selanjutnya adalah berapa banyak toko buku yang akan menjawab "ada" ketika ditanya mengenai keberadaan dan ketersediaan kamus tersebut untuk dibeli oleh konsumen. Saya pun belum pernah melakukannya, mungkin anda?

Secara kepraktisan, memang Kamus Besar Bahasa Indonesia bukan tergolong yang mudah untuk dibawa kemana-mana. Apalagi untuk dimasukkan ke dalam tas tangan sambil ditenteng berkeliling ke pusat perbelanjaan. Sangat tidak praktis. Saya berkhayal tentang kamus elektronik serupa alfalink yang pernah sukses dengan "kamus Inggris – Indonesia"-nya yang mudah dibawa ke mana-mana. Ukurannya yang cukup kompak setidaknya cukup bersaing dengan compact powder milik kaum hawa untuk dibawa bersama dalam satu tas tangan. Sangat memungkinkan untuk memampatkan ketebalan Kamus Besar Bahasa Indonesia ke dalam ukuran kepalan tangan, apalagi dalam masa cyber saat ini.

Namun, nampaknya pihak produsen belum ada yang menaruh perhatian dan investasi terhadap kesempatan ini. Mungkin pasarnya memang belum ada dan memungkinkan. Sedangkan pemerintah pun masih sibuk berkutat dengan penyelenggaraan negara yang bersifat substansial seperti impor pangan dan bahan bakar, pendidikan, kedaulatan wilayah, dan juga penanganan bencana alam yang beberapa tahun terakhir melanda negara ini. Urusan kamus boleh jadi nomor urut limapuluh dua dalam skala prioritas.

Akses terhadap keberadaan Kamus Besar Bahasa Indonesia bisa saja sulit, namun bukan berarti kita tidak punya pegangan atau acuan sama sekali dalam berbahasa. Media massa dalam arti pers adalah salah satu sumber yang diharapkan dapat menjadi pembelajaran bagi masyarakat dalam berbahasa. Merujuk kepada kemampuannya menjangkau berbagai lapisan masyarakat, suratkabar, majalah, televisi, radio adalah media yang sangat efektif dalam membentuk dan memengaruhi cara masyarakat berbahasa.

Ibarat pisau bermata dua, media pun memiliki pengaruh yang positif dan negatif. Sebagai acuan dan contoh, ia bisa mengajarkan yang benar sekaligus yang salah. Apakah anda ingat tentang kata bergeming? Pada waktu-waktu lalu, saya ingat dan selalu mengorelasikan kata tersebut dengan arti "bergerak". Bergeming berarti bergerak, tak bergeming berarti tak bergerak. Semenjak saya menemukan KBBI, saya menyadari telah sekian lama menjadi korban salah kaprah. Siapa yang mengajarkan? Media. Saya terbiasa membaca cerpen-cerpen dalam majalah Bobo pada waktu kecil, dan hampir selalu menemukan kata "tak bergeming" untuk menunjukkan seseorang dalam keadaan diam. Sampai saat ini pun terkadang saya tetap menemukan penggunaan yang salah untuk kata “bergeming” dalam beberapa penerbitan. Sungguh sayang.

screenshot koran lokal dan koran nasional
Sebab media massa adalah panutan: baik maupun buruk


Beberapa hari yang lalu, saya pun menemukan kasus yang berhubungan dengan kerancuan bahasa. Dari screenshot yang saya lampirkan di bawah, jelas penggunaan kata launching yang diberikan imbuhan di- bukanlah sebuah bentukan yang baku dari bahasa Indonesia. Launching merupakan kata benda gerund yang merupakan bentukan dari kata dasar launch. Dalam bahasa Indonesia pun saya kira sudah ada padanannya, yaitu meluncurkan dan meresmikan. Sehingga penggunaan kata "dilaunching" merupakan pemaksaan dan kesalahan serius dalam tataran berbahasa Indonesia.

Dua buah contoh tersebut saya temukan pada dua buah suratkabar yang berbeda dari skala penerbitannya. Dan ternyata suratkabar nasional pun tak menjamin lebih akurat, tepat, dan baku dalam berbahasa ketimbang suratkabar lokal.

PS: Dalam dunia internet, beberapa istilah sudah di-Indonesiakan seperti "unduh" untuk download, "perambah" untuk browser, serta "unggah" untuk upload. Saya belum tahu apakah kata-kata padanan tersebut sudah dibakukan atau belum, yang jelas pengalihbahasaan istilah-istilah tersebut memerkaya khasanah bahasa Indonesia. Saya lalu berandai-andai tentang keberadaan kamus bahasa Indonesia online yang mampu diakses oleh dengan cepat dan mudah oleh pengguna internet, seperti yang diperbincangkan oleh rekan Jay. Maka berbahasa Indonesia yang baik dan benar bukan lagi sesuatu yang sulit lagi mahal.


Baca selengkapnya..

Sunday, January 13, 2008

Renovasi Kost: Peremajaan Tempat Tinggal Demi Kenyamanan Bersama

Waktu masih menunjukkan pukul 06.00 WIB saat para ayam pejantan baru saja menghentikan kokoknya, namun kesibukan sudah terlihat di kost pogung lor D1 yogyakarta. Berbekal dengan 2 kaleng cat tembok warna oranye, 1 kaleng cat minyak warna hitam, kuas besar dan kecil, sapu lidi, dan tekad yang membaja, para warga kos tersebut tak segan menyingsingkan lengan baju untuk membenahi tempat yang selama ini menjadi peraduan mereka.

Di rumah kost yang berjumlah 11 kamar ini, 3 di antaranya terlihat tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Hal itu dikarenakan karena kesibukan mereka yang mengharuskan berada di luar kota sehingga tidak memungkinkan untuk ikut berpartisipasi. Menurut koordinator umum kegiatan, Pras, direncanakan bahwa warga-warga yang tidak ikut berpartisipasi ini akan dikenakan biaya denda yang jumlahnya sudah disepakati bersama, yaitu sebesar sepuluh ribu rupiah.

Rumah kost Pogung Lor D1 merupakan bangunan lama yang pada awalnya memang diperuntukkan kepada mahasiswa-mahasiswa luar daerah yang menimba ilmu di Jogja. Menurut pemilik, Bapak Sarono, bangunan kost ini pertama kali dioperasikan pada awal tahun 1990, dan telah bertahun-tahun tetap berdiri kokoh dan menjadi tumpuan bernaung puluhan mahasiswa. Pada saat gempa besar menerpa Jogja di penghujung Mei 2006, rumah kost ini tidak mengalami kerusakan yang signifikan.

Namun, kemudian musuh bangunan bukan hanya gempa dan bencana alam. Usia dan cuaca turut memberi andil atas kondisi rumah kost. Selama beberapa waktu, bangunan telah menerima renovasi yang diprakarsai oleh warga kost sendiri. Seperti apa yang tengah dilakukan pada hari ini, renovasi cat tembok serta cat tiang kayu, memberikan sentuhan peremajaan pada kondisi rumah kost sendiri.

Proses renovasi kost bukanlah hal semudah membalik telapak tangan. Tidak hanya dibutuhkan tenaga dan tekad yang kuat, namun faktor pendanaan dan finansial juga merupakan hal yang krusial. Lalu dari mana sumber dana yang digunakan dalam proses renovasi ini? Doel, salah seorang warga kost memaparkan bahwa dana diperoleh dari swadaya warga kost masing-masing berjumlah duapuluh ribu rupiah. Selain itu aliran dana juga berasal dari Bapak Sarono sendiri selaku pemilik rumah kost, serta hasil penjualan barang-barang bekas yang tertumpuk di gudang yang dilego lebih kurang tiga minggu sebelumnya.

Menyoal operasional renovasi kost sendiri, koordinator lapangan, Ardi mengatakan bahwa hal tersebut bukan merupakan sesuatu yang sulit mengingat masing-masing warga kost telah memiliki kemampuan mengecat dan menyapu yang memadai. Beberapa warga: Yudi, Yudha, dan Anif, malah memiliki kemampuan di atas rata-rata dalam hal pengecatan. Kedua warga tersebut mampu menyelesaikan proses mengecat dalam waktu separuh dari waktu yang digunakan oleh warga kost lainnya.

yudi dan anif: panutan dalam proses pengecatan
yudi dan anif: panutan dalam proses pengecatan

Matahari mulai menyembunyikan wajahnya saat para warga kost menyelesaikan pekerjaan renovasi hari ini. Sebenarnya ada satu pekerjaan lagi yang harus dilanjutkan esok minggu: mengecat railing depan kost. Namun tak ada kata malas dan menyerah. Semua dilakukan demi kelangsungan kenyamanan setiap warga kost yang menggantungkan harapan tinggalnya pada bangunan ini. Sebab waktu bukan hanya hari ini. Esok akan ada puluhan mahasiwa lagi yang menaruh harapan yang sama pada kost Pogung Lor D1 Yogyakarta.
Baca selengkapnya..

Saturday, January 12, 2008

Resolusi Blogging dan Prediksi Bisnis 2008 [Weleh..]

Mungkin dah rada telat ngomongin resolusi diri untuk tahun 2008 ini. Tergolong sudah basi, sebab tema tersebut dah pada ramai-ramai di-post tepat setelah terompet tahun baru 2008 ditiup. Tapi, yang penting sekarang bukan yang teriak PERTAMAX soal resolusi tahun ini, tapi bagaimana kita akan menjalani duabelas bulan ke depan atas komitmen yang telah kita buat soal hidup mati kita di dunia internet umumnya dan pergunjingan per-blogging-an khususnya.

Mencermati peluang 2008 memang merupakan sebuah tantangan tersendiri. Secara khusus bisa dilihat dari penurunan performa salah satu program online earning yang paling populer: Google Adsense. Semenjak beberapa waktu terakhir pada tahun 2007, publisher Adsense tampaknya mengalami penurunan fasilitas pelayanan seperti pengurangan area klik iklan yang baru untuk mengurangi resiko accidental click, hingga kado tahun baru Adsense pada tahun ini yang menghapuskan sistem komisi referral untuk publisher di luar Amerika Utara, Amerika Latin, dan Jepang.

Pada lain sisi Adsense juga meningkatkan fasilitas layanan pembayaran yang memungkinkan publisher menerima pembayaran melalui Western Union yang lebih cepat ketimbang lewat cek.

Berbarengan dengan menurunnya performa Adsense, maka program-program online earning yang lain mulai menggeliat dan menunjukkan mata taring persaingan mereka atas program sejenis. Widgetbucks menawarkan program pay-per-click yang senada dengan Adsense, namun dari segi tampilan memiliki sisi interaktivitas yang dapat diandalkan.

Ada beberapa program yang lebih mudah lagi penerapannya seperti program pay-to-read/pay-to-click PTR/PTC. User hanya perlu membuat account program PTC/PTR seperti clixsense, advercash, dailycash, buxto, dll. Selanjutnya user setiap hari akan disajikan beberapa iklan yang mereka harus klik dan membiarkannya terbuka selama beberapa detik. Ketika selesai, iklan boleh ditutup dan otomatis sistem akan mencatatkan tambahan penghasilan ke dalam account user. Cukup mudah memang, tetapi hasil yang didapat cukup kecil jika tidak dibarengi dengan trik-trik untuk menggaet referral. Namun, nampaknya peluang user untuk meraup penghasilan dari program ini masih terbuka lebar, sampai-sampai Cosa pada hari ini telah meluncurkan salah satu situsnya tentang PTC/PTR. Katanya beliau hendak melepaskan ketergantungan diri atas Google Adsense dalam tahun ini.

Terkait juga dengan ulasan Cosa mengenai prospek perbisnisan online tahun ini yang disajikan dalam bentuk interview dengan beberapa tokoh persilatan dunia internet marketing dan blogging, beberapa hal yang bisa dijadikan quote dalam perkembangan bisnis online tahun 2008 adalah orientasi pasar yang cenderung lebih spesifik dan niche. Budi Putra memberikan kata kunci "blogging, social networking, serta web 2.0 yang berbasis user-generated-content".

Secara pribadi, aku menilai bahwa 2008 adalah saat yang tepat untuk memulai online business. Bukan karena pandangan Mama Lauren atau Ki Joko Bodo, tapi karena saat yang tepat untuk memulai adalah SEKARANG.

Maka segera siapkan ide, susun content, dan maju berperang dalam bisnis online. Sekarang.

PS: Hampir ketinggalan... resolusi tahun 2008 ini adalah: quit my daily job before the end of december. Pfiuhh...

Baca selengkapnya..

Design by Dzelque Blogger Templates 2007-2008