Antara Aku, Chrisye, dan Aulia
Jress.. Kusulut lagi makhluk putih itu lalu kuhunjamkan sekian ribu miligram racun yang dikandungnya, tepat ke dalam-paru-paruku. Fiuhh... Nikmat. Pahit. Gurih. Puas. Sedikit batuk. Mata mengerjap sebab asap sesekali mampir ke selaput korneaku. Aneh... padahal kemarin sore diberitakan bahwa Chrisye baru saja masuk surga karena kegemarannya yang luar biasa akan benda yang sedang kupegang ini. Laknat. Nikmat.
Putih mereka menggelembung membebaskan diri dari liang hidung dan tenggorokanku. Bisa kudengar asap-asap itu berteriak dan tertawa-tawa. Hahahaaa... Terkadang mereka melambai kepadaku dalam keadaan membubung dan memecah di udara sambil berkata."Terimakasih, daniy!, telah membiarkan kami menjelajah, dalam, dalam sekali, hingga kami bertemu alveoli. Tapi, daniy! Beberapa dari kami tak mau kembali. Maka kami tinggalkan saja dia, melekat pada sekat paru-paru. Sekedar memperingatkan, mereka bisa berbuat jahat padamu, daniy! Mereka jahat. Jahat." Uhk..uhhkk.. Aku terbatuk. Sial. Asap laknat. Namun, usai memaki, kepada rokoklah tanganku kembali.
Pertama kali aku merokok, rasanya tidak enak. Pahit. Pusing. Lalu tanpa sengaja aku menemukan kenikmatannya setelah makan. Memang benar kata perokok-perokok senior nan profesional itu. Nikmat rokok timbul setelah makan. Tapi tak hanya pada saat itu saja rokok terasa nikmat. Sebagian perokok mengaku bahwa nikmat merokok ada bersama segelas kopi panas. Sebagian merokok setelah bangun pagi. Sebagian berkata bahwa nikmat merokok adalah ketika buang hajat. Untuk yang terakhir, aku tak setuju. Sebab, tak ada nikmatnya merokok sambil menghirup bau tinja.
Semakin hari semakin pandai saja aku merokok. Hari ini aku bisa merokok lewat hidung. Kali yang lain aku membuat lingkaran yang besar dari kepulan asap. Tapi, sayang, hingga sekarang aku belum bisa seperti Andy Lau yang dapat membolak-balik rokok di mulutnya hanya dengan bibir dan lidah. Kurasa aku bukan seorang perokok yang benar-benar profesional.
Tapi tak masalah, selama aku masih bisa merokok maka aku akan tetap bangga. Bangga? Ya, bangga. Karena merokok 'kan cowok banget. Ada yang bilang klo cowok nggak merokok maka ia banci. Padahal kebanyakan banci adalah perokok. Bullshit. Tapi aku percaya.
Maka...
Aku merokok setiap limabelas menit
Aku merokok setiap jam
Aku merokok setiap hari
Aku merokok setiap minggu
Aku merokok setiap bulan
Aku merokok setiap tahun
Aku merokok selamanya
Aku merokok ...
Hmmm... Selamanya? Selamanya??
Hmmm... [thinking mode ON]
I think not. I shall not smoke forever. Aku tidak boleh selamanya merokok. [angel mode]
Loh, kenapa? Merokok kan enak, daniy! [evil mode]
Well.... [me]
Lagian sekarang kamu dah gede. Dah bisa cari duit sendiri. Siapa yang bakal ngelarang kamu ngerokok? Klo jaman kamu sekolah dulu emang kudu ngumpet-ngumpet dari bokap. Tapi sekarang kamu kan dah dewasa. Orang dewasa boleh merokok. Sepuasnya. [evil mode]
Aha.. Jika orang dewasa dapat memilih untuk merokok, maka orang dewasa juga dapat memilih untuk tidak merokok!
[thinking mode OFF]
Aku menoleh ke sebelah kiriku. Aulia duduk memandangku dengan begitu sayangnya. Perempuanku itu begitu cantik. "Jangan jadi pengikut Chrisye ya, sayang..", ia meminta. Aku tersenyum kecil, membayangkan bahwa aku memang memiliki sebuah persamaan dengan Chrisye. Kami perokok. Dia sudah masuk surga. Aku belum. Dia sudah tidak punya waktu. Aku masih punya banyak waktu.
Ya. Aku akan menyakiti perempuanku secara perlahan. Aku memaksanya menjadi perokok pasif. Aku membunuh perempuanku. Mungkin juga aku akan membunuh anakku. Seharusnya ia mengisap susu, bukan asap rokokku. Ya Allah. Aku mau insyaf.
And tonight, I shall smoke the last.
Putih mereka menggelembung membebaskan diri dari liang hidung dan tenggorokanku. Bisa kudengar asap-asap itu berteriak dan tertawa-tawa. Hahahaaa... Terkadang mereka melambai kepadaku dalam keadaan membubung dan memecah di udara sambil berkata."Terimakasih, daniy!, telah membiarkan kami menjelajah, dalam, dalam sekali, hingga kami bertemu alveoli. Tapi, daniy! Beberapa dari kami tak mau kembali. Maka kami tinggalkan saja dia, melekat pada sekat paru-paru. Sekedar memperingatkan, mereka bisa berbuat jahat padamu, daniy! Mereka jahat. Jahat." Uhk..uhhkk.. Aku terbatuk. Sial. Asap laknat. Namun, usai memaki, kepada rokoklah tanganku kembali.
Pertama kali aku merokok, rasanya tidak enak. Pahit. Pusing. Lalu tanpa sengaja aku menemukan kenikmatannya setelah makan. Memang benar kata perokok-perokok senior nan profesional itu. Nikmat rokok timbul setelah makan. Tapi tak hanya pada saat itu saja rokok terasa nikmat. Sebagian perokok mengaku bahwa nikmat merokok ada bersama segelas kopi panas. Sebagian merokok setelah bangun pagi. Sebagian berkata bahwa nikmat merokok adalah ketika buang hajat. Untuk yang terakhir, aku tak setuju. Sebab, tak ada nikmatnya merokok sambil menghirup bau tinja.
Semakin hari semakin pandai saja aku merokok. Hari ini aku bisa merokok lewat hidung. Kali yang lain aku membuat lingkaran yang besar dari kepulan asap. Tapi, sayang, hingga sekarang aku belum bisa seperti Andy Lau yang dapat membolak-balik rokok di mulutnya hanya dengan bibir dan lidah. Kurasa aku bukan seorang perokok yang benar-benar profesional.
Tapi tak masalah, selama aku masih bisa merokok maka aku akan tetap bangga. Bangga? Ya, bangga. Karena merokok 'kan cowok banget. Ada yang bilang klo cowok nggak merokok maka ia banci. Padahal kebanyakan banci adalah perokok. Bullshit. Tapi aku percaya.
Maka...
Aku merokok setiap limabelas menit
Aku merokok setiap jam
Aku merokok setiap hari
Aku merokok setiap minggu
Aku merokok setiap bulan
Aku merokok setiap tahun
Aku merokok selamanya
Aku merokok ...
Hmmm... Selamanya? Selamanya??
Hmmm... [thinking mode ON]
I think not. I shall not smoke forever. Aku tidak boleh selamanya merokok. [angel mode]
Loh, kenapa? Merokok kan enak, daniy! [evil mode]
Well.... [me]
Lagian sekarang kamu dah gede. Dah bisa cari duit sendiri. Siapa yang bakal ngelarang kamu ngerokok? Klo jaman kamu sekolah dulu emang kudu ngumpet-ngumpet dari bokap. Tapi sekarang kamu kan dah dewasa. Orang dewasa boleh merokok. Sepuasnya. [evil mode]
Aha.. Jika orang dewasa dapat memilih untuk merokok, maka orang dewasa juga dapat memilih untuk tidak merokok!
[thinking mode OFF]
Aku menoleh ke sebelah kiriku. Aulia duduk memandangku dengan begitu sayangnya. Perempuanku itu begitu cantik. "Jangan jadi pengikut Chrisye ya, sayang..", ia meminta. Aku tersenyum kecil, membayangkan bahwa aku memang memiliki sebuah persamaan dengan Chrisye. Kami perokok. Dia sudah masuk surga. Aku belum. Dia sudah tidak punya waktu. Aku masih punya banyak waktu.
Ya. Aku akan menyakiti perempuanku secara perlahan. Aku memaksanya menjadi perokok pasif. Aku membunuh perempuanku. Mungkin juga aku akan membunuh anakku. Seharusnya ia mengisap susu, bukan asap rokokku. Ya Allah. Aku mau insyaf.
And tonight, I shall smoke the last.
2 komentar:
How you going with the smoking? Still smoking?
off course I've quit totally. I hope this will last forever as my struggle not to deal with tobaccos again.
Post a Comment