Jadi Newbie Apa Salahnya? Penalaran Praktis Tentang Status Pemula Pada Tahapan Pembelajaran
Ketika saya pertama kali bergabung dengan forum publisher AdSense Indonesia, saya menemukan sebuah kata yang terlihat begitu keren: newbie. Merujuk kepada Encarta Dictionary Tools, kosakata newbie dijelaskan pada entri sebagai berikut:
Begitu kerennya kata itu, sehingga pada thread pertama yang saya buat dalam forum, saya dengan bangga menyebut diri sendiri sebagai newbie. Kira-kira begini baris kalimatnya,
Meminta penjelasan tentang feed merupakan sebuah hak yang saya punya sebagai seorang newbie. Namun ketika saya menambahkan embel-embel permohonan maaf saya sebagai seorang newbie, apakah itu perlu? Apakah salah menjadi seorang newbie?
Newbie Sebagai Sebuah Tahapan
Saya percaya kepada anda bahwa anda yakin bahwa tak ada sesuatu yang dapat dibuat secara instan. Seorang tukang jahit lulusan SMK yang pekerjaan sehari-harinya tak ada lain kecuali menjahit, tak mungkin tiba-tiba dalam dua hari mampu membuat sebuah program komputer berbasis linux yang berfungsi menghitung efisiensi mesin jahit, kapasitas produksi, berikut proyeksi profit penjualan hasil jahit dengan beberapa variabel. Pada hari berikutnya dia telah membuat sebuah situs yang khusus menangani penjualan hasil produksi konveksinya secara online. 1000% tak mungkin.
Seorang tukang jahit memang mungkin menjadi seorang webmaster, coder, sekaligus programmer komputer, tapi bukan dalam dua hari. Ia bisa saja terus menjahit pada siang hari dan pada malamnya secara rutin belajar mendalami ilmu komputer. Ketika pada bulan keenam dia telah berhasil membuat sebuah situs tentang konveksi yang menjual hasil jahitannya, maka saya tak akan berani berkata “tidak mungkin”.
Di sini dan pada berbagai cerita lain yang pernah kita temukan, tersebutlah apa yang dinamakan sebagai proses. Bahwa di antara awal dan akhir terdapat tengah yang memiliki cerita berbeda. Andaikan saja saya berada di Jogja dan berencana untuk ke Jakarta untuk sebuah keperluan bisnis. Maka perjalanan saya dari Jogja ke Jakarta adalah sebuah proses.
Menjadi seorang newbie atau pemula merupakan sebuah tahapan yang paling susah. Bila diibaratkan kita berusaha untuk mendorong mobil, maka dorongan pertama adalah yang paling berat. Mobil sedang berada pada posisi diam dan membutuhkan energi ekstra untuk membuatnya kepada posisi bergerak. Ketika mobil telah bergerak maka energi yang dibutuhkan untuk mendorong mobil takkan butuh sebesar pada saat awal karena mobil telah menemukan gaya geraknya. Yang diperlukan kemudian adalah konsistensi untuk menjaga agar mobil tersebut dapat terus bergerak dan bergerak.
Saya pun merasakan hambatan dan beban yang begitu berat saat memulai untuk mendalami lebih jauh tentang apa yang baru saja saya kenal sebagai internet marketing. Ketika saya bertemu dengan kosakata feed, CTR, pagerank, inbound link, longtail, SEO, template, dan sebagainya, sepertinya saya memang tidak tahu apa-apa soal internet saat itu selain Friendster, Yahoo!, Google, dan beberapa situs XXX .
Tetapi, syukurlah kemudian saya menemukan teman-teman senasib satu tikar, dan kawan-kawan di forum AdSense-Id yang tidak pelit dalam berbagi ilmu dan pengalamannya. Hingga saat ini saya merasa telah memiliki pengetahuan dasar tentang apa yang saya cita-citakan dalam dua tahun ke depan dan seterusnya. Tinggal mengembangkan, menambah pengalaman, serta menjaga konsistensi yang merupakan bahan bakar untuk terus melangkah maju.
Newbie: Penyalahgunaan Kosakata serta Kesalahan-kesalahan yang Kerap Dilakukan oleh Newbie
Kesalahaan pertama yang saya anggap menjengkelkan di sini adalah newbie yang mengaku sebagai newbie ketika bertanya kepada seseorang yang dianggap lebih tahu. Saya merasa menyesal ketika membuka thread saya yang pertama kali pada forum AdSense-Id yang menyatakan saya adalah seorang newbie dan butuh penjelasan mengenai feed. Lalu dengan rasa pakewuh ala Jogja saya pun meminta maaf atas ke-newbie-an saya.
Sederhananya tanpa memberi tahu bahwa seorang newbie adalah newbie, jumlah post serta kualitas pertanyaan dapat menyatakan seberapa derajat seorang user dalam forum. Kesan yang didapat ketika seseorang mengaku sebagai newbie adalah ingin secara instan mendapatkan respon. Mengaku sebagai newbie terkesan ‘memaksa’ orang yang lebih tahu untuk segera memberikan jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan. Newbie adalah orang istimewa, serupa fakir miskin yang patut dikasihani, sehingga mengabaikan newbie bisa ‘berdosa’. Setidaknya itulah anggapan saya tentang newbie yang mengaku newbie.
Nah, yang lebih menjengkelkan adalah expert yang mengaku sebagai newbie. Mengakunya newbie, baru saja membuat website yang katanya “nggak mutu” tetapi setelah dicek ternyata unique visitor berada pada angka 100 per hari! Orang seperti ini terkesan ingin mengetes kemampuan orang lain yang ujung-ujungnya adalah unjuk kemampuan alias pamer alias show off. Padahal hakikatnya sebuah ilmu adalah untuk dibagi dan dikembangkan bersama, bukan sebagai alat pamer kekuatan seseorang yang bertujuan untuk merendahkan orang lain.
Maka melalui artikel ini saya menghimbau [seperti pemerintah] kepada seluruh rekan, kawan, dan teman pemula untuk TIDAK mengaku dirinya sebagai newbie ketika bertanya atau berdiskusi dalam sebuah forum. Adanya forum dan kolom komentar pada blog bukanlah tempat untuk meminta belas kasihan dengan mengaku sebagai newbie, namun sebagai tempat berdiskusi dan menjalin pola interaksi yang positif.
Kita semua berawal dari pemula yang tidak tahu apa-apa, dan membutuhkan proses tersendiri untuk menggenggam dunia. Mari maju bersama tanpa meminta belas kasihan dengan menyalahgunakan kata newbie.
PS: Post ini diilhami dari celetukan Isnaini tentang newbie pada pergelaran tikar Jumatan [dot] com malam tadi, Jumat, 22 Februari 2008.
new•bie (plural new•bies) or New•bie (plural New•bies) nounSeseorang yang memulai untuk belajar tentang sesuatu yang baru di mana ia belum pernah sekalipun mengenal bidang tersebut, itulah newbie. Pada saat itu, saya memang benar-benar seseorang yang baru saja berkenalan dengan dunia online earning.
somebody joining something new: somebody who is new to an activity such as using the Internet or playing a computer game
Begitu kerennya kata itu, sehingga pada thread pertama yang saya buat dalam forum, saya dengan bangga menyebut diri sendiri sebagai newbie. Kira-kira begini baris kalimatnya,
”Jika yang lain bertanya tentang apa itu RSS Feed, maka saya akan menanyakan hal yang lebih primitif lagi: Feed itu apa ya?. Mohon pencerahannya, maafkan saya yang newbie ini”Beberapa jawaban saya terima pada thread tersebut meskipun dengan kuantitas jawaban yang minim. Walaupun begitu saya sangat berterimakasih atas bantuan teman-teman yang telah menjawab :-) Alhamdulillah, saya kemudian mendapatkan penjelasan yang sangat lengkap mengenai apa itu feed pada blog milik Enda Nasution. Ternyata saat ini saya baru menyadari bahwa menjelaskan perihal feed memang tidak bisa dilakukan dalam tiga paragraf.
Meminta penjelasan tentang feed merupakan sebuah hak yang saya punya sebagai seorang newbie. Namun ketika saya menambahkan embel-embel permohonan maaf saya sebagai seorang newbie, apakah itu perlu? Apakah salah menjadi seorang newbie?
Newbie Sebagai Sebuah Tahapan
Saya percaya kepada anda bahwa anda yakin bahwa tak ada sesuatu yang dapat dibuat secara instan. Seorang tukang jahit lulusan SMK yang pekerjaan sehari-harinya tak ada lain kecuali menjahit, tak mungkin tiba-tiba dalam dua hari mampu membuat sebuah program komputer berbasis linux yang berfungsi menghitung efisiensi mesin jahit, kapasitas produksi, berikut proyeksi profit penjualan hasil jahit dengan beberapa variabel. Pada hari berikutnya dia telah membuat sebuah situs yang khusus menangani penjualan hasil produksi konveksinya secara online. 1000% tak mungkin.
Seorang tukang jahit memang mungkin menjadi seorang webmaster, coder, sekaligus programmer komputer, tapi bukan dalam dua hari. Ia bisa saja terus menjahit pada siang hari dan pada malamnya secara rutin belajar mendalami ilmu komputer. Ketika pada bulan keenam dia telah berhasil membuat sebuah situs tentang konveksi yang menjual hasil jahitannya, maka saya tak akan berani berkata “tidak mungkin”.
Di sini dan pada berbagai cerita lain yang pernah kita temukan, tersebutlah apa yang dinamakan sebagai proses. Bahwa di antara awal dan akhir terdapat tengah yang memiliki cerita berbeda. Andaikan saja saya berada di Jogja dan berencana untuk ke Jakarta untuk sebuah keperluan bisnis. Maka perjalanan saya dari Jogja ke Jakarta adalah sebuah proses.
Menjadi seorang newbie atau pemula merupakan sebuah tahapan yang paling susah. Bila diibaratkan kita berusaha untuk mendorong mobil, maka dorongan pertama adalah yang paling berat. Mobil sedang berada pada posisi diam dan membutuhkan energi ekstra untuk membuatnya kepada posisi bergerak. Ketika mobil telah bergerak maka energi yang dibutuhkan untuk mendorong mobil takkan butuh sebesar pada saat awal karena mobil telah menemukan gaya geraknya. Yang diperlukan kemudian adalah konsistensi untuk menjaga agar mobil tersebut dapat terus bergerak dan bergerak.
Saya pun merasakan hambatan dan beban yang begitu berat saat memulai untuk mendalami lebih jauh tentang apa yang baru saja saya kenal sebagai internet marketing. Ketika saya bertemu dengan kosakata feed, CTR, pagerank, inbound link, longtail, SEO, template, dan sebagainya, sepertinya saya memang tidak tahu apa-apa soal internet saat itu selain Friendster, Yahoo!, Google, dan beberapa situs XXX .
Tetapi, syukurlah kemudian saya menemukan teman-teman senasib satu tikar, dan kawan-kawan di forum AdSense-Id yang tidak pelit dalam berbagi ilmu dan pengalamannya. Hingga saat ini saya merasa telah memiliki pengetahuan dasar tentang apa yang saya cita-citakan dalam dua tahun ke depan dan seterusnya. Tinggal mengembangkan, menambah pengalaman, serta menjaga konsistensi yang merupakan bahan bakar untuk terus melangkah maju.
Newbie: Penyalahgunaan Kosakata serta Kesalahan-kesalahan yang Kerap Dilakukan oleh Newbie
Kesalahaan pertama yang saya anggap menjengkelkan di sini adalah newbie yang mengaku sebagai newbie ketika bertanya kepada seseorang yang dianggap lebih tahu. Saya merasa menyesal ketika membuka thread saya yang pertama kali pada forum AdSense-Id yang menyatakan saya adalah seorang newbie dan butuh penjelasan mengenai feed. Lalu dengan rasa pakewuh ala Jogja saya pun meminta maaf atas ke-newbie-an saya.
Sederhananya tanpa memberi tahu bahwa seorang newbie adalah newbie, jumlah post serta kualitas pertanyaan dapat menyatakan seberapa derajat seorang user dalam forum. Kesan yang didapat ketika seseorang mengaku sebagai newbie adalah ingin secara instan mendapatkan respon. Mengaku sebagai newbie terkesan ‘memaksa’ orang yang lebih tahu untuk segera memberikan jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan. Newbie adalah orang istimewa, serupa fakir miskin yang patut dikasihani, sehingga mengabaikan newbie bisa ‘berdosa’. Setidaknya itulah anggapan saya tentang newbie yang mengaku newbie.
Nah, yang lebih menjengkelkan adalah expert yang mengaku sebagai newbie. Mengakunya newbie, baru saja membuat website yang katanya “nggak mutu” tetapi setelah dicek ternyata unique visitor berada pada angka 100 per hari! Orang seperti ini terkesan ingin mengetes kemampuan orang lain yang ujung-ujungnya adalah unjuk kemampuan alias pamer alias show off. Padahal hakikatnya sebuah ilmu adalah untuk dibagi dan dikembangkan bersama, bukan sebagai alat pamer kekuatan seseorang yang bertujuan untuk merendahkan orang lain.
Maka melalui artikel ini saya menghimbau [seperti pemerintah] kepada seluruh rekan, kawan, dan teman pemula untuk TIDAK mengaku dirinya sebagai newbie ketika bertanya atau berdiskusi dalam sebuah forum. Adanya forum dan kolom komentar pada blog bukanlah tempat untuk meminta belas kasihan dengan mengaku sebagai newbie, namun sebagai tempat berdiskusi dan menjalin pola interaksi yang positif.
Kita semua berawal dari pemula yang tidak tahu apa-apa, dan membutuhkan proses tersendiri untuk menggenggam dunia. Mari maju bersama tanpa meminta belas kasihan dengan menyalahgunakan kata newbie.
PS: Post ini diilhami dari celetukan Isnaini tentang newbie pada pergelaran tikar Jumatan [dot] com malam tadi, Jumat, 22 Februari 2008.
0 komentar:
Post a Comment