Renovasi Kost: Peremajaan Tempat Tinggal Demi Kenyamanan Bersama
Waktu masih menunjukkan pukul 06.00 WIB saat para ayam pejantan baru saja menghentikan kokoknya, namun kesibukan sudah terlihat di kost pogung lor D1 yogyakarta. Berbekal dengan 2 kaleng cat tembok warna oranye, 1 kaleng cat minyak warna hitam, kuas besar dan kecil, sapu lidi, dan tekad yang membaja, para warga kos tersebut tak segan menyingsingkan lengan baju untuk membenahi tempat yang selama ini menjadi peraduan mereka.
Di rumah kost yang berjumlah 11 kamar ini, 3 di antaranya terlihat tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Hal itu dikarenakan karena kesibukan mereka yang mengharuskan berada di luar kota sehingga tidak memungkinkan untuk ikut berpartisipasi. Menurut koordinator umum kegiatan, Pras, direncanakan bahwa warga-warga yang tidak ikut berpartisipasi ini akan dikenakan biaya denda yang jumlahnya sudah disepakati bersama, yaitu sebesar sepuluh ribu rupiah.
Rumah kost Pogung Lor D1 merupakan bangunan lama yang pada awalnya memang diperuntukkan kepada mahasiswa-mahasiswa luar daerah yang menimba ilmu di Jogja. Menurut pemilik, Bapak Sarono, bangunan kost ini pertama kali dioperasikan pada awal tahun 1990, dan telah bertahun-tahun tetap berdiri kokoh dan menjadi tumpuan bernaung puluhan mahasiswa. Pada saat gempa besar menerpa Jogja di penghujung Mei 2006, rumah kost ini tidak mengalami kerusakan yang signifikan.
Namun, kemudian musuh bangunan bukan hanya gempa dan bencana alam. Usia dan cuaca turut memberi andil atas kondisi rumah kost. Selama beberapa waktu, bangunan telah menerima renovasi yang diprakarsai oleh warga kost sendiri. Seperti apa yang tengah dilakukan pada hari ini, renovasi cat tembok serta cat tiang kayu, memberikan sentuhan peremajaan pada kondisi rumah kost sendiri.
Proses renovasi kost bukanlah hal semudah membalik telapak tangan. Tidak hanya dibutuhkan tenaga dan tekad yang kuat, namun faktor pendanaan dan finansial juga merupakan hal yang krusial. Lalu dari mana sumber dana yang digunakan dalam proses renovasi ini? Doel, salah seorang warga kost memaparkan bahwa dana diperoleh dari swadaya warga kost masing-masing berjumlah duapuluh ribu rupiah. Selain itu aliran dana juga berasal dari Bapak Sarono sendiri selaku pemilik rumah kost, serta hasil penjualan barang-barang bekas yang tertumpuk di gudang yang dilego lebih kurang tiga minggu sebelumnya.
Menyoal operasional renovasi kost sendiri, koordinator lapangan, Ardi mengatakan bahwa hal tersebut bukan merupakan sesuatu yang sulit mengingat masing-masing warga kost telah memiliki kemampuan mengecat dan menyapu yang memadai. Beberapa warga: Yudi, Yudha, dan Anif, malah memiliki kemampuan di atas rata-rata dalam hal pengecatan. Kedua warga tersebut mampu menyelesaikan proses mengecat dalam waktu separuh dari waktu yang digunakan oleh warga kost lainnya.
Matahari mulai menyembunyikan wajahnya saat para warga kost menyelesaikan pekerjaan renovasi hari ini. Sebenarnya ada satu pekerjaan lagi yang harus dilanjutkan esok minggu: mengecat railing depan kost. Namun tak ada kata malas dan menyerah. Semua dilakukan demi kelangsungan kenyamanan setiap warga kost yang menggantungkan harapan tinggalnya pada bangunan ini. Sebab waktu bukan hanya hari ini. Esok akan ada puluhan mahasiwa lagi yang menaruh harapan yang sama pada kost Pogung Lor D1 Yogyakarta.
Di rumah kost yang berjumlah 11 kamar ini, 3 di antaranya terlihat tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Hal itu dikarenakan karena kesibukan mereka yang mengharuskan berada di luar kota sehingga tidak memungkinkan untuk ikut berpartisipasi. Menurut koordinator umum kegiatan, Pras, direncanakan bahwa warga-warga yang tidak ikut berpartisipasi ini akan dikenakan biaya denda yang jumlahnya sudah disepakati bersama, yaitu sebesar sepuluh ribu rupiah.
Rumah kost Pogung Lor D1 merupakan bangunan lama yang pada awalnya memang diperuntukkan kepada mahasiswa-mahasiswa luar daerah yang menimba ilmu di Jogja. Menurut pemilik, Bapak Sarono, bangunan kost ini pertama kali dioperasikan pada awal tahun 1990, dan telah bertahun-tahun tetap berdiri kokoh dan menjadi tumpuan bernaung puluhan mahasiswa. Pada saat gempa besar menerpa Jogja di penghujung Mei 2006, rumah kost ini tidak mengalami kerusakan yang signifikan.
Namun, kemudian musuh bangunan bukan hanya gempa dan bencana alam. Usia dan cuaca turut memberi andil atas kondisi rumah kost. Selama beberapa waktu, bangunan telah menerima renovasi yang diprakarsai oleh warga kost sendiri. Seperti apa yang tengah dilakukan pada hari ini, renovasi cat tembok serta cat tiang kayu, memberikan sentuhan peremajaan pada kondisi rumah kost sendiri.
Proses renovasi kost bukanlah hal semudah membalik telapak tangan. Tidak hanya dibutuhkan tenaga dan tekad yang kuat, namun faktor pendanaan dan finansial juga merupakan hal yang krusial. Lalu dari mana sumber dana yang digunakan dalam proses renovasi ini? Doel, salah seorang warga kost memaparkan bahwa dana diperoleh dari swadaya warga kost masing-masing berjumlah duapuluh ribu rupiah. Selain itu aliran dana juga berasal dari Bapak Sarono sendiri selaku pemilik rumah kost, serta hasil penjualan barang-barang bekas yang tertumpuk di gudang yang dilego lebih kurang tiga minggu sebelumnya.
Menyoal operasional renovasi kost sendiri, koordinator lapangan, Ardi mengatakan bahwa hal tersebut bukan merupakan sesuatu yang sulit mengingat masing-masing warga kost telah memiliki kemampuan mengecat dan menyapu yang memadai. Beberapa warga: Yudi, Yudha, dan Anif, malah memiliki kemampuan di atas rata-rata dalam hal pengecatan. Kedua warga tersebut mampu menyelesaikan proses mengecat dalam waktu separuh dari waktu yang digunakan oleh warga kost lainnya.
yudi dan anif: panutan dalam proses pengecatan
Matahari mulai menyembunyikan wajahnya saat para warga kost menyelesaikan pekerjaan renovasi hari ini. Sebenarnya ada satu pekerjaan lagi yang harus dilanjutkan esok minggu: mengecat railing depan kost. Namun tak ada kata malas dan menyerah. Semua dilakukan demi kelangsungan kenyamanan setiap warga kost yang menggantungkan harapan tinggalnya pada bangunan ini. Sebab waktu bukan hanya hari ini. Esok akan ada puluhan mahasiwa lagi yang menaruh harapan yang sama pada kost Pogung Lor D1 Yogyakarta.
1 komentar:
dan, bagus juga blogmu.
"arif, tetangga sebelah"
Post a Comment